tag:blogger.com,1999:blog-13752560973992662382023-11-15T06:19:38.698-08:00muslim ahlus sunnahahlus sunnahagunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.comBlogger22125tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-14725298046363162552010-06-17T00:38:00.000-07:002010-06-17T23:10:38.684-07:00MENISBATKAN TURUNNYA HUJAN KEPADA BINTANG<marquee style="color: rgb(0, 102, 0);" direction="right" scrolldelay="500"><span style="color: rgb(0, 102, 0); font-weight: bold;">MENISBATKAN TURUNNYA HUJAN KEPADA BINTANG!</span></marquee><br /><br />Firman Allah :<br />وتجعلون رزقكم أنكم تكذبون<br />“Dan kalian membalas rizki (yang telah dikaruniakan Allah) kepadamu dengan mengatakan<br />perkataan yang tidak benar”(<span style="color: rgb(0, 102, 0);">QS. Al Waqi’ah, 82</span> ).<br /><br />Diriwayatkan dari Abu Malik Al Asy’ari<br />bahwa Rasulullah bersabda :<br />" أربع في أمتي من أمر الجاهلية لا يتركهن : الفخر<br />بالأحساب، والطعن في الأنساب، والاستسقاء بالنجوم، والنياحة<br />على الميت، وقال : النائحة إذا لم تتب قبل موا تقام يوم القيامة<br />وعليها سربال من قطران، ودرع من جرب" رواه مسلم.<br />“Empat hal yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan jahiliyah yang susah untuk<br />ditinggalkan : membangga-banggakan kebesaran leluhurnya, mencela keturunan, mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu, dan meratapi orang mati”, lalu beliau bersabda : “wanita yang meratapi orang mati bila mati sebelum ia bertubat maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan ia dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal” ( <span style="color: rgb(0, 102, 0);">HR. Muslim</span> ).<br /><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">Imam Bukhori dan Muslim</span> meriwayatkan dari Zaid bin Kholid ia berkata : Rasulullah<br />mengimami kami pada sholat subuh di Hudaibiyah setelah semalaman turun hujan, ketika usai<br />melaksanakan sholat, beliau menghadap kepada jamaah dan bersabda :<br />" هل تدرون ماذا قال ربكم ؟ قالوا : الله ورسوله أعلم،<br />قال : أصبح عبادي مؤمن بي وكافر، فأما من قال : مطرنا<br />بفضل الله ورحمته، فذلك مؤمن بي كافر بالكوكب، وأما من<br />قال : مطرنا بنوءكذا وكذا، فذلك كافر بي مؤمن بالكوكب".<br />“Tahukah kalian apakah yang difirmankan<br />oleh Rabb pada kalian ?”, mereka menjawab :“Allah dan RasulNya yang lebih tahu”, terus beliau<br />bersabda : “Dia berfirman : “pagi ini ada diantarahamba-hambaku yang beriman dan ada pula yang kafir, adapun orang yang mengatakan : hujan turun berkat karunia dan rahmat Allah, maka ia telah beriman kepadaKu dan kafir kepada bintang,<br />sedangkan orang yang mengatakan : hujan turun karena bintang ini dan bintang itu, maka ia telahkafir kepadaKu dan beriman kepada bintang”.<br /><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">Imam Bukhori dan Muslim</span> meriwayatkan<br />hadits dari Ibnu Abbas yang maknanya yang<br />antara lain disebutkan demikian :<br />قال بعضهم : لقد صدق نوء كذاوكذا، فأنزل الله هذه<br />. تكذبون إلى قوله فلا أقسم بمواقع النجوم الآية :<br />“… ada di antara mereka berkata : ‘sungguh, telah benar bintang ini, atau bintang itu’, sehingga<br /><br />Allah menurunkan firmanNya :<br />. تكذبون إلى قوله فلا أقسم بمواقع النجوم<br />“Maka aku bersumpah dengan tempat tempat peredaran bintang” sampai kepada firmanNya :”<br />Dan kamu membalas rizki ( yang telah dikaruniakan Allah ) kepadamu dengan perkataan yang tidak benar” (1).<br /><br />Kandungan bab ini :<br />1-Penjelasan tentang maksud ayat dalam surat <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Al Waqi’ah</span> (2).<br />2-Menyebutkan adanya empat perkara yang termasuk perbuatan jahiliyah.<br />3-Pernyataan bahwa salah satu diantaranya termasuk perbuatan kufur ( yaitu menisbatkan<br />turunnya hujan kepada bintang tertentu ).<br />4-Kufur itu ada yang tidak mengeluarkan seseorang dari Islam.<br />5-Di antara dalilnya adalah firman Allah yang disabdakan oleh Nabi dalam hadits qudsinya :<br />“Pagi ini, di antara hamba hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada pula yang kafir …”<br />disebabkan turunnya ni’mat hujan.<br />6-Perlu pemahaman yang mendalam tentang iman dalam kasus tersebut.<br />7-Begitu juga tentang kufur dalam kasus tersebut.<br />(1 ) <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Surat Al Waqi’ah, ayat 75 - 82</span><br />(2 ) Dalam ayat ini Allah mencela orang-orang musyrik atas kekafiran<br />mereka terhadap ni’mat yang dikaruniakan Allah dengan menisbatkan turunnya hujan kepada bintang ; dan Allah menyatakan bahwa perkat an ini dusta dan tidak benar, karena<br />turunnya hujan adalah karunia dan rahmat dariNya.<br /><a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0pt none ! important; background: none repeat scroll 0% 0% transparent;" /></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-46538041024668101942010-06-17T00:29:00.000-07:002010-06-17T23:09:50.519-07:00CINTA KEPADA ALLAH<marquee direction="left" behavior="alternate" scrollamount="2" onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start()" width="95%"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">CINTA KEPADA ALLAH</span></marquee><br />Firman Allah :<br />ومن الناس من يتخذ من دون الله أندادا يحبوم كحب <br /> الله والذين آمنوا أشد حبا لله<br />“Dan diantara manusia ada orang-orang yang mengangkat tandingan tandingan selain Allah,<br />mereka mencintaiNya sebagaimana mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (<span style="color: rgb(0, 102, 0);">QS. Al Baqarah, 165</span> ).<br />قل إن كان آباؤكم وأبناؤكم وإخوانكم وأزواجكم <br />وعشيرتكم وأموال اقترفتموها وتجارة تخشون كسادها ومساكن<br />ترضوا أحب إليكم من الله ورسوله وجهاد في سبيله فتربصوا<br /> حتى يأتي الله بأمره<br />“Katakanlah jika babak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, ist ri istri, keluarga, harta<br />kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal yang kamu sukai; itu lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya, dan daripada berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan<br />keputusanNya” ( <span style="color: rgb(0, 102, 0);">QS. At taubah, 24</span> ).<br /><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">Imam Bukhori dan Muslim</span> meriwayatkan<br />dari Anas bahwa Rasulullah bersabda :<br />" لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من ولده ووالده<br />والناس أجمعين ".<br />“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada<br />anaknya, orang tuanya, dan manusia seluruhnya”.<br /><br />Juga diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari Anas Rasulullah bersabda :<br />" ثلاث من كن فيه وجد ن حلاوة الإيمان : أن يكون<br />الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله،<br />وأن يكره أن يعود في الكفر بعد أن أنقذه الله منه كما يكره أن<br />يقذف في النار". وفي رواية : " لا يجد أحد حلاوة الإيمان حتى<br />... إلى آخره.<br />“Ada tiga perkara, barang siapa terdapat di dalam dirinya ketiga perkara itu, maka ia pasti<br />mendapatkan manisnya iman, yaitu : Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari pada yang lain,<br />mencintai seseorang tiada lain hanya karena Allah, benci ( tidak mau kembali ) kepada kekafiran setelah ia diselamatkan oleh Allah darinya, sebagaimana ia benci kalau dicampakkan<br />kedalam api”.<br /><br />Dan disebutkan dalam riwayat lain :<br />“Seseorang tidak akan merasakan manisnya iman,sebelum …”dst.<br /><br />Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas ,<br />bahwa ia berkata :<br /><br />" من أحب في الله، وأبغض في الله، ووالى في الله، وعادى<br />في الله، فإنما تنال ولاية الله بذلك، ولن يجد عبد طعم الإيمان وإن<br />كثرت صلاته وصومه حتى يكون كذلك، وقد صار عامة<br />مؤاخاة الناس على أمر الدنيا، وذلك لا يجدي على أهله شيئا"<br />رواه ابن جرير.<br />“Barangsiapa yang mencintai seseorang karena Allah, membenci karena Allah, membela<br />Karena Allah, memusuhi karena Allah, maka sesungguhnya kecintaan dan pertolongan Allah itu<br />diperolehnya dengan hal-hal tersebut, dan seorang hamba tidak akan bisa menemukan lezatnya iman, meskipun banyak melakukan sholat dan puasa, sehingga ia bersikap demikian. pada umumnya persahabatan yang dijalin di antara manusia dibangun atas dasar kepentingan dunia, dan itutidak berguna sedikitpun baginya”.<br /><br />Ibnu Abbas menafsirkan firman Allah :<br />قال : المودة. وتقطعت م الأسباب <br />“ … dan putuslah hubungan di antara mereka” ( QS. Al baqarah, 166). Ia mengatakan :<br />yaitu kasih sayang.<br /><br />Kandungan bab ini :<br /><br />1-Penjelasan tentang ayat dalam<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> surat Al Baqarah</span>(1).<br />2-Penjelasan tentang ayat dalam surat <span style="color: rgb(0, 102, 0);">At Taubah</span><span style="color: rgb(0, 102, 0);"> (2).</span><br />3-Wajib mencintai Rasulullah lebih dari kecintaan terhadap diri sendiri,<br />keluarga dan harta benda.<br />4-Pernyataan “tidak beriman” bukan berarti keluar dari Islam.<br />5-Iman itu memiliki rasa manis, kadang dapat diperoleh seseorang, dan kadangkala tidak.<br />6-Disebutkan empat sikap yang merupakan syarat mutlak untuk memperoleh kecintaan Allah. Dan seseorang tidak akan menemukan kelezatan iman kecuali dengan keempat sikap itu.<br />7-Pemahaman Ibnu Abbas terhadap realita, bahwa hubungan persahabatan antar sesama manusia pada umumnya dijalin atas dasar kepentingan duniawi.<br />8-Penjelasan tentang firman Allah : “ … dan terputuslah segala hubungan antara mereka<br />sama sekali. (3)”<br />9-Disebutkan bahwa di antara orang-orang musyrik ada yang mencintai Allah dengan kecintaan yang sangat besar.<br />(1 ) Ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang mempertuhankan selain Allah dengan mencintainya seperti mencintai Allah, maka dia adalah musyrik.<br />(2 ) Ayat ini menunjukkan bahwa cinta kepada Allah dan cinta kepada yang dicintai Allah wajib didahulukan di atas segala galanya.<br />(3 ) Ayat ini menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang yangtelah dibina orang-orang musyrik di dunia akan terputus samasekali ketika di akhirat, dan masing-masing dari mereka akan melepaskan diri darinya.<br />10-Ancaman terhadap seseorang yang mencintai kedelapan perkara diatas [orang tua, anak-anak, paman, keluarga, istri, harta kekayaan, tempat tinggal dan perniagaan] lebih dari cintanya terhadap agamanya.<br />11-Mempertuhankan selain Allah dengan mencintainya sebagaimana mencintai Allah<br />adalah syirik akbar.<br /><a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0pt none ! important; background: none repeat scroll 0% 0% transparent;" /></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-69494700228976672932010-06-17T00:24:00.000-07:002010-06-17T23:12:55.251-07:00MERASA AMAN DARI SIKSA ALLAH DAN BERPUTUS ASA DARI RAHMATNYA Firman Allah<span style="color: rgb(255, 0, 0);">MERASA AMAN DARI SIKSA ALLAH</span><br /><span style="color: rgb(255, 0, 0);">DAN BERPUTUS ASA DARI RAHMATNYA</span><br /><span style="color: rgb(255, 0, 0);">Firman Allah </span> :<br /><br /> أفأمنوا مكر الله، فلا يأمن مكر الله إلا القوم الخاسرون <br />“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah ( yang tiada terduga duga ) ?, tiada yang<br />merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi” ( <span style="color: rgb(0, 102, 0);">QS. Al A’raf, 99</span> ).<br /><br /> ومن يقنط من رحمة ربه إلا الضالون <br />“Dan tiada yang berputus asa dari rahmat Rabbnya kecuali orang orang yang sesat” ( <span style="color: rgb(0, 102, 0);">QS. Al</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">Hijr, 56 </span>).<br /><br />Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah ketika ditanya tentang dosa-dosa<br />besar, beliau menjawab :<br />" الشرك بالله، واليأس من روح الله، والأمن من مكر الله<br />."<br />“Yaitu : syirik kepada Allah, berputus asa dari rahmat Allah, dan merasa aman dari makar Allah”.<br />Abdurrazzaq meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud , ia berkata :<br />" أكبر الكبائر : الإشراك بالله، والأمن من مكر<br />الله، والقنوط من رحمة الله، واليأس من روح الله ".<br /><br />“Dosa besar yang paling besar adalah : mensekutukan Allah, merasa aman dari siksa Allah,<br />berputus harapan dari rahmat Allah, dan berputus asa dari pertolongan Allah” ( <span style="color: rgb(0, 102, 0);">HR. Abdur Razzaq ) .</span><br /><br />Kandungan bab ini :<br />1-Penjelasan tentang ayat dalam<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> surat Al A’raf (1).</span><br />2-Penjelasan tentang ayat dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">surat Al Hijr (2).</span><br />3-Ancaman yang keras bagi orang yang merasa aman dari siksa Allah.<br />4-Ancaman yang keras bagi orang yang berputus asa dari rahmat Allah.<br />(1 ) Ayat ini menunjukkan bahwa merasa aman dari siksa adalah dosa besar yang harus dijauhi oleh orang mu’min.<br />(2 ) Ayat ini menunjukkan bahwa bersikap putus asa dari rahmat Allah termasuk pula dosa besar yang harus dijauhi. Dari kedua ayat ini dapat disimpulkan bahwa seorang mu’min harus<br />memadukan antara dua sikap ; harap dan khawatir, harap akan rahmat Allah dan khawatir terhadap siksa Nya.<br /><a href="http://www.mylivesignature.com" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0 !important; background: transparent;"/></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-3330252862574752452010-06-17T00:02:00.000-07:002010-06-17T23:13:10.980-07:00RIYA<span style="color: rgb(255, 0, 0);">RIYA </span>(1)<br /><br />Firman Allah :<br />قل إنما أنا بشر مثلكم يوحى إلي أنما إلهكم إله واحد، <br />فمن كان يرجو لقاء ربه فليعمل عملا صالحا ولا يشرك بعبادة<br /> ربه أحدا<br />“Katakanlah : “ sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang<br />diwahyukan kepadaku : ‘bahwa sesungguhnya sesembahan kamu adalah sesembahan yang Esa’ , maka barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah ia mengerjakan amal sholeh dan janganlah ia berbuat kemusyrikan sedikitpun dalam beribadah kepada Rabbnya.” ( <span style="color: rgb(0, 102, 0);">QS.Al Kahfi, 110</span> ).<br /><br />Diriwayatkan dari Abu Hurairah dalam hadits marfu’, bahwa Rasulullah bersabda : Allah<br /> berfirman :<br />" أنا أغنى الشركاء عن الشرك، من عمل عملا أشرك معي<br />فيه غيري تركته وشركه " رواه مسلم.<br />“Aku adalah Sekutu Yang Maha cukup sangat menolak perbuatan syirik. Barang siapa yang<br />mengerjakan amal perbuatan dengan dicampuri (<span style="color: rgb(0, 102, 0);">1</span> )Riya’ adalah berbuat baik karena orang lain.<br />perbuatan syirik kepadaKu, maka Aku tinggalkan ia bersama perbuatan syiriknya itu” ( <span style="color: rgb(0, 102, 0);">HR. Muslim </span>) .<br /><br />Diriwayatkan dari Abu Said dalam hadits marfu’ bahwa Rasulullah bersabda :<br />" ألا أخبركم بما هو أخوف عليكم عندي من المسيح<br />الدجال ؟", قالوا : بلى يا رسول الله، قال : " الشرك الخفي<br />يقوم الرجل فيصلي فيزين صلاته لما يرى من نظر رجل إليه "<br />رواه أحمد.<br />“Maukah kalian aku beritahu tentang sesuatu yang bagiku lebih aku hawatirkan terhadap kamu<br />dari pada Al Masih Ad dajjal (<span style="color: rgb(0, 102, 0);">1</span>) ?”, para sahabat (<span style="color: rgb(0, 102, 0);">1 </span>) Al Masih Ad Dajjal i alah seorang manusia pembohong terbesar yang akan muncul pada akhir zaman, mengaku sebagai Al Masih<br />bahkan mengaku sebagai tuhan yang disembah. Kehadirannya di dunia ini termasuk diantara t anda tanda besar akan tibanya hari kiamat. Sedang keajaiban keaj aiban yang bisa dilakukannya<br />merupakan cobaan dari Allah untuk umat manusia yang masih hidup pada masa itu. Disebutkan dalam shahih Muslim bahwa masa kemunculannya di dunia nanti selama 40 hari, di antara hari hari tersebut ; sehari bagaikan setahun, sehari bagaikan sebulan,<br />sehari bagaikan seminggu, kemudian hari hari lainnya sebagaimana biasa ; atau kalau kita jumlahkan sama dengan satu tahun dua bulan dua minggu. Hadits hadits tent ang Ad Dajjal ini<br />telah diriwayatkan oleh kalangan banyak sahabat, antara lain : Abu Bakar Ash Shiddiq, Abu Hurairah, Mu’adz bin Jabal, Jabir bin Abdillah, Abu SA’id Al Khudri, An Nawwas bin Sam’an,<br />Anas bin Malik, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Aisyah, Ummu Salamah, Fatimah binti Qais dan lain lain. Masalah ini bisadirujuk dalam :<br />menjawab : “baik, ya Rasulullah.”, kemudian Rasulullah bersabda : “syirik yang tersembunyi ,<br />yaitu ketika seseorang berdiri melakukan sholat , ia perindah sholatnya itu kerena mengetahui ada orang lain yang melihatnya” (<span style="color: rgb(0, 102, 0);">HR. Ahmad )</span>.<br /><br />Kandungan bab ini :<br />1-Penjelasan tentang ayat dalam surat Al Kahfi (1).<br />2-Masalah yang penting sekali, yaitu : pernyataan bahwa amal shalih apabila dicampuri dengan<br />sesuatu yang bukan karena Allah, maka tidak akan diterima oleh Allah .<br />3-Hal itu disebabkan karena Allah adalah sembahan yang sangat menolak perbuatan syirik<br />karena sifat ke – Mahacukupan –Nya.<br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">-Shahih Bukhari : kitab Al fitan bab 26 –27 : kitab At Tauhid bab27, 31.</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">-Shahih Muslim : kitab Al fitan bab 20, 21, 22, 23, 24, 25.</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">-Shahih At Turmudzi : kitab Al fitan bab 55, 56, 57,58, 59,</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">60,61,62.</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">-Sunan Abu Dawud : kitab malahim bab : 14, 15.</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">-Sunan Ibnu Majah : kitab Al Fitan bab 33.</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">-Musnad Imam Ahmad : jilid I hal 6, 7 ; jilid 2 hal : 33, 37, 67,</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">104, 124, 131 ; jilid 5 hal : 27, 32, 43, 47.</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">-Dan kitab kitab koleksi hadits lainnya.</span><br />(1 ) Ayat ini menunjukkan bahwa amal ibadah tidak akan diterima oleh Allah kecuali bila memenuhi dua syarat :<br /><span style="color: rgb(255, 102, 0);">pertama :</span> ikhlas semata mata karena Allah, tidak ada syirik di dalamnya sekalipun syirik kecil seperti riya’.<br /><span style="color: rgb(255, 102, 0);">Kedua :</span> sesuai dengan tuntunan Rasulullah , karena suatu amal disebut shalih jika ada dasar perintahnya dal am agama.<br />Ayat ini mengisyaratkan pula bahwa ibadah itu tauqifiyah, artinya berlandaskan pada ajaran yang dibawa Rasulullah , tidak menurut akal maupun nafsu seseorang.<br />4-Sebab yang lain adalah karena Allah adalah sekutu yang terbaik.<br />5-Rasulullah sangat khawatir apabila sahabatnya melakukan riya’.<br />6-Penjelasan tentang riya dengan menggunakan contoh sebagai berikut : seseorang melakukan<br />sholat karena Allah, kemudian ia perindah sholatnya karena ada orang lain yang<br />memperhatikannya.<br /><a href="http://www.mylivesignature.com" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0 !important; background: transparent;"/></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-27311158214992679242010-06-16T23:56:00.000-07:002010-06-17T23:15:22.338-07:00MELAKUKAN AMAL SHOLEH UNTUK KEPENTINGAN DUNIA ADALAH SYIRIK<marquee direction="left" behavior="alternate" scrollamount="2" onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start()" width="95%"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">MELAKUKAN AMAL SHOLEH UNTUK<br />KEPENTINGAN DUNIA ADALAH SYIRIK</span></marquee><br /><br />Firman Allah :<br />من كان يريد الحياة الدنيا وزينتها نوف إليهم أعمالهم <br />فيها، وهم فيها لا يبخسون، أولئك الذين ليس لهم في الآخرة إلا<br /> النار وحبط ما صنعوا فيها وباطل ما كانوا يعملون<br />“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasaanya, niscaya kami berikan<br />kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak akan dirugikan, mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di ahirat itu apa yang telah mereka<br />usahakan di dunia, serta sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” ( <span style="color: rgb(0, 102, 0);">QS. Hud, 15 –16</span> ).<br /><br />Dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">shoheh Bukhori dari Abu Hurairah,</span><br />Rasulullah bersabda :<br />" تعس عبد الدينار، تعس عبد الدرهم، تعس عبد<br />الحميصة، تعس عبد الخميلة، إن أعطي رضي، وإن لم يعط<br />سخط، تعس وانتكس، وإذا شيك فلا انتقس، طوبى لعبد أخذ<br />بعنان فرسه في سبيل الله ، أشعث رأسه، مغبرة قدماه، إن كان في<br />الحراسة كان في الحراسة، وإن كان في الساقة كان في الساقة، إن<br />استأذن لم يؤذن له، وإن شفع لم يشفع ".<br /><br />“Celaka hamba dinar, celaka hamba dirham, celaka hamba khomishoh, celaka hamba khomilah<br />(<span style="color: rgb(0, 102, 0);">1</span>), jika diberi ia senang, dan jika tidak diberi ia marah, celakalah ia dan tersungkurlah ia, apabila<br />terkena duri semoga tidak bisa mencabutnya, berbahagialah seorang hamba yang memacu<br />kudanya ( berjihad di jalan Allah ), dengan kusut rambutnya, dan berdebu kedua kakinya, bila ia<br />ditugaskan sebagai penjaga, dia setia berada di pos penjagaan, dan bila ditugaskan digaris belakang, dia akan tetap setia digaris belakang, jika ia minta izin (untuk menemui raja atau penguasa) tidak diperkenankan (<span style="color: rgb(0, 102, 0);">2</span>), dan jika bertindak sebagai pemberi syafaat ( sebagai perantara ) maka tidak diterima syafaatnya (perantaraannya)”.<br /><br /><br />Kandungan bab ini :<br />1-Motivasi seseorang dalam amal ibadahnya, yang semestinya untuk akhirat malah untuk<br />kepentingan duniawi [termasuk syirik dan menjadikan pekerjaan itu sia-sia tidak diterima<br />oleh Allah]<br />(1 ) Khamishah dan khamilah adalah pakai an yang terbuat dari wool atau sutera dengan diberi sulaman atau garis garis yang menarik dan indah. Maksud ungkapan Rasulullah dengan sabdanya tersebut ialah untuk menunjukkan orang yang sangat ambisi dengan kekayaan duni awi, sehingga menj adi hamba harta benda.Mereka itulah orang orang yang celaka dan sengsara.<br />(2 ) Tidak diperkenankan dan tidak diterima perantaraanya, karena dia tidak mempunyai kedudukan atau pangkat dan tidak terkenal ; soalnya perbuatan dan amal yang dilakukannya diniati karena Allah semata.<br /><a href="http://www.mylivesignature.com" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0 !important; background: transparent;"/></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-91161165459895405802010-06-16T23:51:00.000-07:002010-06-17T23:19:10.153-07:00LARANGAN MENJADIKAN SEKUTU BAGI ALLAH<marquee direction="left" behavior="alternate" scrollamount="2" onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start()" width="95%"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">LARANGAN MENJADIKAN SEKUTU BAGI ALLAH</span></marquee><br />Firman Allah :<br /> فلا تجعلوا لله أندادا وأنتم تعلمون <br />“Maka janganlah kamu membuat sekutu untuk Allah padahal kamu mengetahui (bahwa Allah<br />adalah maha Esa) ” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">( QS. Al Baqarah, 22 ).</span><br /><br />Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat tersebut mengatakan : “membuat sekutu untuk<br />Allah adalah perbuatan syirik, suatu perbuatan dosa yang lebih sulit untuk dikenali dari pada semut kecil yang merayap di atas batu hitam, pada malam hari yang gelap gulita. Yaitu seperti ucapan anda : ‘demi Allah dan demi hidupmu wahai fulan, juga demi hidupku’, Atau seperti ucapan : ‘kalau bukan karena anjing ini, tentu kita didatangi pencuri pencuri itu’,<br />atau seperti ucapan : ‘kalau bukan karena angsa yang dirumah ini, tentu kita didatangi pencuripencuri tersebut’, atau seperti ucapan seseorang kepada kawan-kawannya : ‘ini terjadi karena kehendak Allah dan kehendakmu’, atau seperti ucapan seseorang : ‘kalaulah bukan karena Allah dan fulan’.<br /><br />Oleh karena itu, janganlah anda menyertakan “ si fulan ” dalam ucapan-ucapan diatas, karena<br />bisa menjatuhkan anda kedalam kemusyrikan.” (<span style="color: rgb(0, 102, 0);">HR. Ibnu Abi Hatim</span> )<br /><br />Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab , bahwa Rasulullah bersabda :<br />" من حلف بغير الله فقد كفر أو أشرك" رواه الترمذي<br />وحسنه وصححه الحاكم.<br />“Barangsiapa yang bersumpah dengan menyebut selain Allah, maka ia telah berbuat<br />kekafiran atau kemusyrikan” (<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> HR. Turmudzi, dan ianyatakan sebagai hadits hasan, dan dinyatakanoleh Al Hakim shoheh</span>).<br /><br />Dan Ibnu Mas’ud berkata :<br />" لأن أحلف بالله كاذبا أحب إلي من أن أحلف بغيره<br />صادقا "<br />“sungguh bersumpah bohong dengan menyebut nama Allah, lebih Aku sukai daripada bersumpah jujur tetapi dengan menyebut nama selainNya.”<br /><br />Diriwayatkan dari Hudzaifah bahwa Rasulullah bersabda :<br />" لا تقولوا ما شاء الله وشاء فلان، ولكن قولوا ما شاء الله<br />ثم شاء فلان " رواه أبو داود بسند صحيح.<br />“Janganlah kalian mengatakan : ‘atas kehendak Allah dan kehendak si fulan’, tapi<br />katakanlah : ‘atas kehendak Allah kemudian atas kehendak si fulan’.” ( <span style="color: rgb(0, 102, 0);">HR. Abu Daud dengan sanad</span><span style="color: rgb(0, 102, 0);"> yang baik ).</span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">Diriwayatkan dari Ibrahim An Nakha’i</span> bahwa ia melarang ucapan : “Aku berlindung kepada Allah<br /><a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0pt none ! important; background: none repeat scroll 0% 0% transparent;" /></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-34068554163673354752010-06-16T23:28:00.000-07:002010-06-17T23:40:03.372-07:00BERSENDA GURAU DENGAN MENYEBUT NAMA ALLAH, ALQUR’AN ATAU RASULULLAH<marquee direction="left" behavior="alternate" scrollamount="2" onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start()" width="95%"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">BERSENDAU GURAU DENGAN</span></marquee><br /><marquee direction="left" behavior="alternate" scrollamount="2" onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start()" width="95%"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">MENYEBUT NAMA ALLAH, ALQUR'AN, ATAU RASULLAH</span></marquee><br /><br />Firman Allah :<br />ولئن سألتهم ليقولن إنما كنا نخوض ونلعب قل أبالله <br />وأياته ورسوله كنتم تستهزؤون لا تعتذروا قد كفرتم بعد إيمانكم<br /> “Dan jika kamu tanyakan kepada orang-orang munafik ( tentang apa yang mereka lakukan )<br />tentulah mereka akan menjawab : ‘sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain main saja’, katakanlah : ‘apakah dengan Allah, ayat ayatNya dan RasulNya kalian selalu berolok-olok ?’, tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah<br />kafir sesudah beriman…” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">( QS. At taubah, 65 – 66 ).</span><br /><br />Diriwayatkan dari Ibnu Umar , Muhammad bin Kaab, Zaid bin Aslam, dan Qatadah, suatu<br />hadits dengan rangkuman sebagai berikut : “Bahwasanya ketika dalam peperangan tabuk, ada<br />seseorang yang berkata : “Belum pernah kami melihat seperti para ahli membaca Alqur’an (qurra’) ini, orang yang lebih buncit perutnya, dan lebih dusta mulutnya, dan lebih pengecut dalam peperangan”, maksudnya adalah Rasulullah dan para sahabat yang ahli membaca Al Qur’an. Maka berkatalah Auf bin Malik kepadanya: “kau pendusta, kau munafik, aku beritahukan hal ini kepada Rasulullah ”, lalu berangkatlah Auf bin<br />Malik kepada Rasulullah untuk memberitahukan hal ini kepada beliau, akan tetapi sebelum ia<br />sampai , telah turun wahyu kepada beliau. Dan ketika orang itu datang kepada<br />Rasulullah , beliau sudah beranjak dari tempatnya dan menaiki untanya, maka berkatalah<br />ia kepada Rasulullah : “ya Rasulullah, sebenarnya kami hanya bersenda gurau dan mengobrol<br />sebagaimana obrolan orang yang mengadakan perjalanan untuk menghilangkan penatnya<br />perjalanan”, kata Ibnu Umar : “sepertinya aku melihat orang tadi berpegangan sabuk pelana unta Rasulullah, sedang kedua kakinya tersandungsandung batu, sambil berkata : “kami hanyalah bersenda gurau dan bermain main saja”, kemudian<br />Rasulullah bersabda kepadanya :<br />" أبالله وآياته ورسوله كنتم تستهزؤون "<br />“Apakah dengan Allah, ayat-ayat Nya, dan RasulNya kamu selalu berolok olok ”.<br />Rasulullah mengatakan seperti itu tanpa menengok, dan tidak bersabda kepadanya lebih<br />dari pada itu.<br /><br />Kandungan bab ini :<br />1-Masalah yang sangat penting sekali, bahwa orang yang bersenda gurau dengan menyebut nama Allah, ayat ayat Nya dan RasulNya adalah kafir.<br />2-Ini adalah penafsiran dari ayat diatas, untuk orang yang melakukan perbuatan itu, siapapun<br />dia.<br />3-Ada perbedaan yang sangat jelas antara menghasut dan setia Allah dan RasulNya. [dan<br />melaporkan perbuatan orang orang fasik kepada waliyul amr untuk mencegah mereka, tidaklah<br />termasuk perbuatan menghasut tetapi termasukkesetiaan kepada Allah dan kaum<br /> muslimin seluruhnya].<br />4-Ada perbedaan yang cukup jelas antara sikap memaafkan yang dicintai Allah dengan bersikap<br />tegas terhadap musuh musuh Allah.<br />5-Tidak setiap permintaan maaf dapat diterima. [ada juga permintaan maaf yang harus ditolak].<br /><a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0pt none ! important; background: none repeat scroll 0% 0% transparent;" /></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-6855086020062087392010-06-16T23:03:00.000-07:002010-06-17T23:33:04.907-07:00LARANGAN BERPRASANGKA BURUK TERHADAP ALLAH<marquee direction="left" behavior="alternate" scrollamount="2" onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start()" width="95%"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">LARANGAN BERPRASANGKA BURUK TERHADAP ALLAH</span></marquee><br />Firman Allah :<br />يظنون بالله غير الحق ظن الجاهلية يقولون هل لنا من <br />. الأمر من شيء قل إن الأمر كله لله<br />“…Mereka berprasangka yang tidak benar terhadap Allah , seperti sangkaan jahiliyah,<br />mereka berkata : apakah ada bagi kita sesuatu ( hak campur tangan ) dalam urusan ini, katakanlah : sungguh urusan itu seluruhnya di Tangan Allah. … ”( <span style="color: rgb(0, 102, 0);">QS. Ali Imran, 154 </span>).<br />ويعذب المنافقين والمنافقات والمشركين <br />والمشركات الظانين بالله ظن السوء عليهم دائرة السوء<br />. وغضب الله عليهم ولعنهم وأعد لهم جهنم وساءت مصيرا<br />“Dan supaya dia mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan orang-orang munafik<br />perempuan, dan orang-orang Musyrik laki laki dan orang-orang musyrik perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah, mereka akan mendapat giliran ( keburukan ) yang amat buruk, dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka jahannam. Dan (neraka jahannam) itulah seburuk-buruk tempat kembali. ” ( <span style="color: rgb(0, 102, 0);">QS. Al Fath, 6</span> ).<br /><br />Ibnu Qoyyim dalam menafsirkan ayat yang pertama mengatakan :<br />“Prasangka di sini maksudnya adalah bahwa Allah tidak akan memberikan pertolongannya<br />(kemenangan) kepada Rasulnya, dan bahwa agama yang beliau bawa akan lenyap.”<br />Dan ditafsirkan pula : “bahwa apa yang menimpa beliau bukanlah dengan takdir<br />(ketentuan) dan hikmah (kebijaksanaan) Allah.” Jadi prasangka di sini ditafsirkan dengan<br />tiga penafsiran :<br /><ul><li>Pertama : mengingkari adanya hikmahdari Allah.</li></ul><ul><li>Kedua : mengingkari takdirNya.</li></ul><ul><li>Ketiga : mengingkari bahwa agama yang dibawa Rasulullah akan disempurnakan dan dimenangkan Allah atas semua agama. Inilah prasangka buruk yang dilakukan oleh orang-orang munafik dan orang-orang musyrik yang terdapat dalam surat Al Fath.<br /></li></ul>Perbuatan ini disebut dengan prasangka buruk, karena prasangka yang demikian tidak<br />layak untuk Allah , tidak patut terhadap kagungan dan kebesaran Allah, tidak sesuai dengan<br />kebijaksanaanNya, PujiNya, dan janjiNya yang pastibenar.<br />Oleh karena itu, barangsiapa yang<br />berprasangka bahwa Allah akan memenangkan kebatilan atas kebenaran, disertai dengan<br />lenyapnya kebenaran; atau berprasangka bahwaapa yang terjadi ini bukan karena Qadla dan takdirAllah; atau mengingkari adanya suatu hikmah yang besar sekali dalam takdirNya, yang dengan hikmahNya Allah berhak untuk dipuji; bahkan mengira bahwa yang terjadi hanya sekedar kehendakNya saja tanpa ada hikmahnya, maka inilah prasangka orang orang kafir, yang mana bagi mereka inilah neraka “ wail ”. Dan kebanyakan manusia melakukan<br />prasangka buruk kepada Allah , baik dalam hal yang berkenaan dengan diri mereka sendiri,<br />ataupun dalam hal yang berkenaan dengan orang lain, bahkan tidak ada orang yang selamat dari<br />prasangka buruk ini, kecuali orang yang benar benar mengenal Allah, Asma dan sifatNya, dan<br />mengenal kepastian adanya hikmah dan keharusan adanya puji bagiNya sebagai konsekwensinya. Maka orang yang berakal dan yang cinta pada dirinya sendiri, hendaklah memperhatikan masalah ini, dan bertaubatlah kepada Allah, serta<br />memohon maghfirahNya atas prasangka buruk yang dilakukannya terhadap Allah .<br />Apabila anda selidiki, siapapun orangnya pasti akan anda dapati pada dirinya sikap<br />menyangkal dan mencemoohkan takdir Allah, dengan mengatakan hal tersebut semestinya begini dan begitu, ada yang sedikit sangkalannya dan ada juga yang banyak. Dan silahkan periksalah diri anda sendiri, apakah anda bebas dari sikap tersebut ?<br />فإن تنج منها تنج من ذي عظيمة وإلا فإني لا إخالك<br />ناجيا<br />“Jika anda selamat (selamat) dari sikap tersebut, maka anda selamat dari malapetaka yang<br />besar, jika tidak, sungguh aku kira anda tidak akan selamat.”<br /><br />Kandungan bab ini :<br />1-Penjelasan tentang ayat dalam surat Ali Imran (1).<br />2-Penjelasan tentang ayat dalam surat Al Fath (2) .<br />3-Disebutkan bahwa prasangka buruk itu banyaksekali macamnya.<br />4-Penjelasan bahwa tidak ada yang bisa selamat dari prasangka buruk ini kecuali orang yang<br />mengenal Asma’ dan sifat Allah, serta mengenal dirinya sendiri.<br /><br />(1 ) Ayat pert ama menunjukkan bahwa barangsiapa yang berprasangka bahwa Allah akan memberikan kemenangan yang terus menerus kepada kebatilan, disertai dengan lenyapnya<br />kebenaran, maka dia telah berprasangka yang tidak benar kepada Allah dan prasangka ini adalah prasangka orang orang jahiliyah; menunjukkan pula bahwa segal a sesuatu itu ada di Tangan Allah, terjadi dengan qadha dan qadarNya serta pasti ada hikmahnya;<br />dan menunjukkan bahwa berbaik sangka kepada Allah adal ah termasuk kewajiban tauhid.<br />(2 ) Ayat kedua menunjukkan kewajiban berbaik sangka kepada Allah dan larangan berprasangka buruk kepadaNya; dan menunjukkan bahwa prasangka buruk kepada Allah adalah perbuatan orang orang munafik dan musyrik yang mendapat ancaman siksa yang<br />sangat keras.<br /><a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0pt none ! important; background: none repeat scroll 0% 0% transparent;" /></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-57929289501166012632010-06-16T22:58:00.000-07:002010-06-17T23:48:45.290-07:00UCAPAN “ SEANDAINYA ”<marquee direction="left" behavior="alternate" scrollamount="2" onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start()" width="95%"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">UCAPAN “ SEANDAINYA ”</span></marquee><br />Firman Allah :<br />يقولون لو كان لنا من الأمر شيء ما قتلنا ههنا قل لو <br />كنتم في بيوتكم لبرز الذين كتب عليهم القتل إلى مضاجعهم<br />وليبتلي الله ما في صدوركم وليمحص ما في قلوبكم والله عليم<br /> بذات الصدور<br />“Mereka ( orang-orang munafik ) mengatakan : seandainya kita memi liki sesuatu ( hak campur<br />tangan ) dalam urusan ini, niscaya ( kita tak akan terkalahkan ) dan tidak ada yang terbunuh<br />diantara kita di sini ( perang uhud ). Katakanlah : ‘Kalaupun kamu berada di rumahmu, niscaya orangorang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar ( juga ) ke tempat mereka terbunuh. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji (keimanan) yang<br />ada dalam dadamu, dan membuktikan (niat) yang ada dalam hatimu. Dan Allah Maha Mengetahui isi segala hati. ” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">( QS. Ali Imran, 154 ).</span><br />الذين قالوا لإخوام وقعدوا لو أطاعونا ما قتلوا قل <br /> فادرءوا عن أنفسكم الموت إن كنتم صادقين<br />“orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka takut pergi<br />berperang : seandainya mereka mengikuti kita tentulah mereka sudah terbunuh. Katakanlah :<br /><br />Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang orang yang benar. ” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">( QS. Ali Imran, 168</span> ).<br /><br />Diriwayatkan dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">shoheh Muslim dari Abu</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">Hurairah </span> bahwa Rasulullah bersabda :<br />احرص على ما ينفعك واستعن بالله ولا تعجزن، وإن<br />أصابك شيء فلا تقل : لو أني فعلت لكان كذا وكذا، ولكن قل<br />: قدر الله وما شاء فعل، فإن " لو " تفتح عمل الشيطان ".<br />“Bersungguh-sungguhlah dalam mencari apa yang bermanfaat bagimu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) , dan janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah, dan jika kamu tertimpa suatu kegagalan, maka janganlah<br />kamu mengatakan : ‘seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu’, tetapi katakanlah : ‘ini telah ditentukan oleh Allah, dan Allah akan melakukan apa yang Ia kehendaki’ , karena kata “ seandainya ” itu akan membuka pintu perbuatan syetan.”<br /><br />Kandungan bab ini :<br />1-Penjelasan tentang ayat dalam surat Ali Imran (1).<br />(1 ) Kedua ayat di at as menunjukkan adanya larangan untuk mengucapkan kata “ seandainya” atau “ andaikata” dalam hal hal yang telah ditakdirkan oleh Allah terj adi, dan ucapan demikian termasuk si fat si fat orang munafik; juga menunjukkan bahwa konsekwensi iman ialah pasrah dan ridha kepada takdir Allah, serta rasa khawatir seseorang tidak akan dapat menyelamatkan<br />dirinya dari takdir tersebut.<br /><a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0pt none ! important; background: none repeat scroll 0% 0% transparent;" /></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-16853553455913202542010-06-16T22:54:00.000-07:002010-06-17T23:51:12.130-07:00BERDOA DENGAN UCAPAN “ YA ALLAH AMPUNILAH AKU JIKA ENGKAU MENGHENDAKI”<marquee direction="left" behavior="alternate" scrollamount="2" onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start()" width="95%"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">BERDOA DENGAN UCAPAN</span></marquee><br /><marquee direction="left" behavior="alternate" scrollamount="2" onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start()" width="95%"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">YA ALLAH AMPUNILAH AKU JIKA</span></marquee><br /><marquee direction="left" behavior="alternate" scrollamount="2" onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start()" width="95%"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">ENGKAU MENHENDAKI</span></marquee><br />Diriwayatkan dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">shoheh Bukhori dan Muslim</span>, dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah <br />bersabda :<br />" لا يقل أحدكم : اللهم اغفر لي إن شئت، اللهم<br />ارحمني إن شئت، ليعزم المسألة فإن الله لا مكره له ".<br />“Janganlah ada seseorang di antara kalian yang berdo’a dengan ucapan : “Ya Allah, Ampunilah<br />aku jika Engkau menghendaki”, atau berdo’a : “Ya Allah, rahmatilah aku jika Engkau menghendaki”, tetapi hendaklah meminta dengan mantap, karena sesungguhnya Allah tidak ada sesuatupun yang memaksaNya untuk berbuat sesuatu”.<br /><br />Dan dalam<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> riwayat Muslim</span>, disebutkan :<br />" وليعظم الرغبة فإن الله لا يتعاظمه شيء أعطاه ".<br />“Dan hendaklah ia memiliki keinginan yang besar, karena sesungguhnya Allah tidak terasa<br />berat bagiNya sesuatu yang Ia berikan”.<br /><br />Kandungan bab ini :<br />1-Larangan mengucapkan kata : “jika engkau menghendaki” dalam berdoa.<br />2-Karena [ucapan ini menunjukkan seakan-akan Allah merasa keberatan dalam mengabulkan<br />permintaan hambaNya, atau merasa terpaksa untuk memenuhi permohonan hambaNya].<br /><a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0pt none ! important; background: none repeat scroll 0% 0% transparent;" /></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-29429397352977393572010-06-16T22:40:00.000-07:002010-06-18T00:33:53.584-07:00NAMA YANG DIPERHAMBAKAN KEPADA SELAIN ALLAH<marquee direction="left" behavior="alternate" scrollamount="2" onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start()" width="95%"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">[NAMA YANG DIPERHAMBAKAN KEPADA SELAIN ALLAH]</span></marquee><br /><br />Firman Allah :<br />فلما آتاهما صالحا جعلا له شركاء فيما آتاهما فتعالى الله <br />. عما يشركون<br />“Ketika Allah mengaruniakan kepada mereka seorang anak laki laki yang sempurna ( wujudnya ) ,maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allahdalam hal ( anak ) yang dikaruniakan kepada<br />mereka, maha suci Allah dari perbuatan syirik mereka ” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">( QS. Al A’raf , 190 ).</span><br /><br />Ibnu Hazm berkata : “Para ulama telah sepakat mengharamkan setiap nama yang<br />diperhambakan kepada selain Allah, seperti : Abdu Umar ( hambanya umar ), Abdul Ka’bah ( hambanya ka’bah ) dan yang sejenisnya, kecuali AbdulMuthalib. (1)”<br /><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">Ibnu Abi Hatim</span> meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat tersebut<br />mengatakan : “Setelah Adam menggauli istrinya Hawwa, ia pun hamil, lalu iblis mendatangi mereka berdua seraya berkata : “Sungguh, aku adalah kawanmu berdua yang telah mengeluarkan kalian dari sorga. Demi Allah, hendaknya kalian mentaati<br />aku, jika tidak maka akan aku jadikan anakmu (1 ) Maksudnya mereka belum sepakat mengharamkan nama Abdul Mutholib, karena asal nama ini berhubungan dengan perbudakan.<br />bertanduk dua seperti rusa, sehingga akan keluar dari perut istrimu dengan merobeknya, demi Allah, itu pasti akan ku lakukan ”, itu yang dikatakan iblis dalam menakut nakuti mereka berdua, selanjutnya iblis berkata : “Namailah anakmu dengan Abdul harits 1”. Tapi keduanya menolak untuk mentaatinya, dan ketika bayi itu lahir, ia lahir dalam keadaan mati. kemudian Hawwa hamil lagi, dan datanglah iblis itu dengan mengingatkan apa yang pernah dikatakan sebelumnya. Karena Adam dan Hawwa cenderung lebih mencintai<br />keselamatan anaknya, maka ia memberi nama anaknya dengan “ Abdul Harits ”, dan itulah<br />penafsiran firman Allah : جعلا له شركاء فيما آتاهما<br /> .<br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">Ibnu Abi Hatim</span> meriwayatkan pula, dengan sanad yang shaheh, bahwa Qotadah dalam<br />menafsirkan ayat ini mengatakan : “Yaitu, menyekutukan Allah dengan taat kepada iblis,<br />bukan dalam beribadah kepadanya ” (2).<br /><br />(1 ) Al Harits adalah nama Iblis. Dan maksud Iblis adalah menakut nakuti mereka berdua supaya memberi nama tersebut kepada anaknya ial ah untuk mendapatkan suatu macam bentuk syirik, dan inilah salah satu cara Iblis memperdaya musuhnya, kalau dia<br />belum mampu untuk menjerumuskan seseorang manusia ke dalam tindakan maksiat yang besar resikonya, akan di mulai untuk menjerumuskannya terlebih dahulu dari tindakan maksiat<br />yang ringan atau kecil.<br />(2 ) Maksudnya : mereka tidaklah menyembah Iblis, tetapi mentaati Iblis dengan memberi nama Abdul Harits kepada anak mereka, sebagaimana yang diminta Iblis. Dan perbuatan ini disebut perbuatan syirik kepada Allah.<br /><br />Dan dalam menafsirkan firman Allah لئن<br />آتيتنا صالحا yang artinya : “Jika engkau mengaruniakan anak laki-laki yang sempurna<br />(wujudnya)” (1),<br />Mujahid berkata : “Adam dan Hawwa khawatir kalau anaknya lahir tidak dalam<br />wujud manusia ”, dan penafsiran yang senada ini diriwayatkannya pula dari <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Al Hasan (Al Basri), Said (Ibnu Jubair) dan yang lainnya.</span><br /><br />Kandungan bab ini :<br />1-Dilarang memberi nama yang diperhambakan kepada selain Allah.<br />2-Penjelasan tentang maksud ayat di atas (2).<br />3-Kemusyrikan ini [sebagaimana dinyatakan oleh ayat ini] disebabkan hanya sekedar pemberian nama saja, tanpa bermaksud yang sebenarnya.<br />4-Pemberian anak perempuan dengan wujud yang sempurna merupakan ni’mat Allah [yang wajib disyukuri].<br />5-Ulama Salaf menyebutkan perbedaan antara kemusyrikan di dalam taat dan kemusyrikan di<br />dalam beribadah.<br />(1 ) <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Surat Al A’raf, 189</span><br />(2 ) Ayat ini menunjukkan bahwa anak yang dikaruniakan Allah<br />kepada seseorang termasuk ni’mat yang harus disyukuri, dan<br />termasuk kesempurnaan rasa syukur kepadaNya bila diberi nama<br />yang baik, yang tidak diperhambakan kepada selainNya, karena<br />pemberian nama yang diperhambakan kepada sel ainNya adal ah<br />syirik.<br /><a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0pt none ! important; background: none repeat scroll 0% 0% transparent;" /></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-91493138196057728882010-06-16T17:10:00.000-07:002010-06-18T05:13:18.882-07:00MENGINGKARI QODAR<marquee style="color: rgb(0, 102, 0);" direction="right" scrolldelay="500"><span style="color: rgb(0, 102, 0); font-weight: bold;">MENGINGKARI QODAR ( KETENTUAN ALLAH TA’ALA )</span></marquee><br /><br />Ibnu Umar berkata : “Demi Allah yang jiwa Ibnu Umar berada di tanganNya, seandainya salah seorang memiliki emas sebesar gunung Uhud, lalu dia infakkan di jalan Allah, niscaya Allah tidak akan menerimanya, sebelum ia beriman kepada qadar (ketentuan Allah)”, dan Ibnu Umar menyitir sabda Rasulullah :<br />" الإيمان أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم<br />الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره " رواه مسلم.<br />“Iman yaitu hendaklah engkau beriman kepada Allah, Malaikat MalaikatNya, kitab-kitabNya,<br />Rasul-rasulNya, hari akhir, dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya ” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">( HR. Muslim ) .</span><br /><br />Diriwayatkan bahwa Ubadah Ibnu Shomit berkata kepada anaknya : “Hai anakku, sungguh<br />kamu tidak akan bisa merasakan lezatnya iman sebelum kamu meyakini bahwa apa yang telah<br />ditakdirkan menimpa dirimu pasti tidak akan meleset, dan apa yang telah ditakdirkan tidak<br />menimpa dirimu pasti tidak akan menimpamu, aku telah mendengar Rasulullah bersabda :<br />" إن أول ما خلق الله القلم, فقال له : اكتب، فقال : رب<br />وماذا أكتب ؟ قال : اكتب مقادير كل شيء حتى تقوم الساعة<br />."“Sesungguhnya pertama kali yang diciptakan Allah adalah pena, kemudian Allah berfirman<br />kepadanya : “ tulislah”, maka pena itu menjawab : Ya Tuhanku, apa yang mesti aku tulis ?, Allah<br />berfirman : “ Tulislah ketentuan segala sesuatu sampai datang hari kiamat ”. hai anakku, aku juga telah mendengar Rasulullah bersabda :<br />" من مات على غير هذا فليس مني "<br />“Barang siapa yang meninggal dunia tidak dalam keyakinan seperti ini, maka ia tidak tergolong<br />ummatku ”.<br />Dan dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">riwayat Imam Ahmad</span> disebutkan :<br />" إن أول ما خلق الله تعالى القلم، فقال له : اكتب،<br />فجرى في تلك الساعة بما هو كائن إلى يوم القيامة ".<br />“Sesungguhnya pertama kali yang diciptakan Allah adalah pena, kemudian Allah berfirman<br />kepadanya : “tulislah !”, maka ditulislah apa yang terjadi sampai hari kiamat”.<br /><br />Diriwayatkan oleh <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Ibnu Wahb</span> bahwa<br />Rasulullah bersabda :<br />" فمن لم يؤمن بالقدر خيره وشره أحرقه الله بالنار ".<br />“Maka barangsiapa yang tidak beriman kepada qadar ( ketentuan Allah ) baik dan buruknya,<br />maka Allah pasti akan membakarnya dengan api neraka”.<br /><br />Diriwayatkan dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Musnad dan Sunan (1),</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">dari Ibnu Dailami</span> ia berkata : “Aku datang kepada Ubay bin Kaab, kemudian aku katakan kepadanya : ‘Ada sesuatu keraguan dalam hatiku tentang masalah qadar, maka ceritakanlah kepadaku tentang suatu hadits, dengan harapan semoga Allah<br /> menghilangkan keraguan itu dari hatiku”, maka ia berkata :<br />" لو أنفقت مثل جبل أحد ذهبا ما قبله الله منك حتى<br />تؤمن بالقدر وتعلم أن ما أصابك لم يكن ليخطئك، وما<br />أخطأك لم يكن ليصيبك، ولو مت على غير هذا لكنت من أهل<br />النار ".<br />“Seandainya kamu menginfakkan emas sebesar gunung uhud, Allah tidak akan<br />menerimanya darimu, sebelum kamu beriman kepada qadar, dan kamu meyakini bahwa apa yang telah ditakdirkan mengenai dirimu pasti tidak akan meleset, dan apa yang telah ditakdirkan tidak mengenai dirimu pasti tidak akan menimpamu, dan jika kamu mati tidak dalam keyakinan seperti ini, pasti kamu menjadi penghuni neraka.<br />Kata Ibnu Dailami selanjutnya : “Lalu aku mendatangi Abdullah bin Mas’ud, Hudzaifah bin<br />Yaman dan Zaid bin Tsabit, semuanya mengucapkan kepadaku hadits yang sama dengan<br />sabda Nabi Muhammad di atas.” ( <span style="color: rgb(0, 102, 0);">HR. Al Hakim dan dinyatakan shoheh</span> ).<br />(1 ) Musnad di sini maksudnya adalah kitab dikoleksi hadits yang<br />disusun oleh Imam Ahmad. Dan sunan maksudnya ialah kitab<br />koleksi hadits yang disusun oleh <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Abu dawud dan Ibnu majah.<br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Kandungan bab ini :</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">1-Keterangan tentang kewajiban beriman kepada</span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> qadar.</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">2-Keterangan tentang cara beriman kepada qadar.</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">3-Amal Ibadah seseorang sia-sia, jika tidak beriman</span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> kepada qadar.</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">4-Disebutkan bahwa seseorang tidak akan</span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> merasakan iman sebelum ia beriman kepada</span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> qadar.</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">5-Penjelasan bahwa makhluk pertama yang</span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> diciptakan Allah yaitu pena.</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">6-Diberitahukan dalam hadits bahwa – dengan</span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> perintah dari Allah - menulis ketentuan</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">ketentuan sampai hari kiamat.</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">7-Rasulullah menyatakan bahwa dirinya lepas</span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> dari orang yang tidak beriman kepada qadar.</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">8-Tradisi para ulama salaf dalam menghilangkan</span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> keraguan, yaitu dengan bertanya kepada ulama.</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">9-Dan para ulama salaf memberikan jawaban yang</span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> dapat menghilangkan keraguannya tersebut,</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">dengan hanya menuturkan hadits dari Rasulullah</span><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> .</span><br /><br /></span><br /><a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0pt none ! important; background: none repeat scroll 0% 0% transparent;" /></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-66296907243205692272010-06-16T17:03:00.000-07:002010-06-18T05:15:38.029-07:00PARA PERUPA MAKHLUK YANG BERNYAWA<marquee style="color: rgb(0, 102, 0);" direction="right" scrolldelay="500"><span style="color: rgb(0, 102, 0); font-weight: bold;">“MUSHOWWIR” PARA PERUPA MAKHLUK YANG BERNYAWA</span></marquee><br />Diriwayatkan oleh <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Imam Bukhari dan</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">Muslim</span> dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah <br />bersabda :<br />: ومن أظلم ممن ذهب يخلق كخلقي فليخلقوا " قال الله<br />ذرة، أو ليخلقوا حبة، أو ليخلقوا شعيرة ".<br />“Allah berfirman : “Dan tiada seseorang yang lebih dzolim dari pada orang yang bermaksud<br />menciptakan ciptaan seperti ciptaanKu, oleh karena itu. Maka cobalah mereka menciptakan seekor semut kecil, atau sebutir biji-bijian, atau sebutir biji gandum”.<br /><br />Diriwayatkan oleh<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Imam Bukhori dan</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">Muslim</span> dari Aisyah, RA bahwa Rasulullah bersabda :<br />" أشد الناس عذابا يوم القيامة الذين يضاهئون بخلق الله ".<br />“Manusia yang paling pedih siksanya pada hari kiamat adalah orang-orang yang membuat<br />penyerupaan dengan makhluk Allah ”.<br /><br />Sebagaimana <span style="color: rgb(0, 102, 0);">riwayat Bukhori dan Muslim</span><br />dari Ibnu Abbas bahwa ia berkata : Aku mendengar Rasulullah bersabda :<br />" كل مصور في النار، يجعل له بكل صورة صورها نفس<br />يعذب ا في جهنم ".<br />“Setiap mushowwir (perupa) berada didalam neraka, dan setiap rupaka yang dibuatnya diberi<br />nafas untuk menyiksa dirinya dalam neraka jahannam”.<br /><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">Imam Bukhori dan Muslim</span> meriwayatkan dari Ibnu Abbas dalam hadits yang marfu’,<br />Rasulullah bersabda :<br />" من صور صورة في الدنيا كلف أن ينفخ فيها الروح،<br />وليس بنافخ ".<br />“Barangsiapa yang membuat rupaka di dunia, maka kelak (pada hari kiamat) ia akan dibebani<br />untuk meniupkan ruh kedalam rupaka yang dibuatnya, namun ia tidak bisa meniupkannya”.<br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);"><br />Imam Muslim</span> meriwayatkan dari Abu Al Hayyaj, ia berkata : sesungguhnya Ali bin Abi<br />Tholib berkata kepadaku :<br />أن لا تدع " ألا أبعثك على ما بعثني عليه رسول الله<br />صورة إلا طمستها ولا قبرا مشرفا إلا سويته ".<br />“Maukah kamu aku utus untuk suatu tugas sebagaimana Rasulullah mengutusku untuk tugas<br />tersebut ? yaitu : janganlah kamu biarkan ada sebuah rupaka tanpa kamu musnahkan, dan<br />janganlah kamu biarkan ada sebuah kuburan yang menonjol kecuali kamu ratakan.”<br /><br />Kandungan bab ini :<br />1-Ancaman berat bagi para perupa makhluk yang<br />bernyawa.<br />2-Hal itu disebabkan karena tidak berlaku sopan<br />santun kepada Allah , sebagaimana firman Allah<br /> : “Dan Tiada seseorang yang lebih dzolim dari<br />pada orang yang menciptakan ciptaan seperti<br />ciptaanKu”.<br />3-Firman Allah : “Maka cobalah mereka ciptakan<br />seekor semut kecil, atau sebutir biji bijian, atau<br />sebutir biji gandum.”menunjukkan adanya<br />kekuasaan Allah, dan kelemahan manusia.<br />4-Ditegaskan dalam hadits bahwa para perupa<br />adalah manusia yang peling pedih siksanya.<br />5-Allah akan membuat roh untuk setiap rupaka<br />yang dibuat guna menyiksa perupa tersebut<br />dalam neraka jahannam.<br />6-Perupa akan dibebani untuk meniupkan roh ke<br />dalam rupaka yang dibuatnya.<br />7-Perintah untuk memusnahkan rupaka apabila<br />menjumpainya.<br /><a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0pt none ! important; background: none repeat scroll 0% 0% transparent;" /></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-13313202236067463742010-06-16T16:51:00.000-07:002010-06-18T05:18:57.752-07:00LARANGAN BANYAK BERSUMPAH<marquee style="color: rgb(0, 102, 0);" direction="right" scrolldelay="500"><span style="color: rgb(0, 102, 0); font-weight: bold;">LARANGAN BANYAK BERSUMPAH</span></marquee><br />Firman Allah :<br /> واحفظوا أيمانكم <br />“Dan jagalah sumpahmu …”<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> ( QS. Al Maidah, 89 ).</span><br /><br />Abu Hurairah berkata : “Aku mendengar Rasulullah bersabda :<br />" الحلف منفقة للسلعة ممحقة للكسب ".<br />“Sumpah itu dapat melariskan barang dagangan namun dapat mengahapus keberkahan<br />usaha. ” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">( HR. Bukhari dan Muslim ).</span><br /><br />Diriwayatkan dari Salman bahwa Rasulullah<br /> bersabda :<br />" ثلاثة لا يكلمهم الله ولا يزكيهم ولهم عذاب أليم ؛<br />أشيمط زان، وعائل مستكبر، ورجل جعل الله بضاعته لا يشتري<br />إلا بيمينه ولا يبيع إلى بيمينه " رواه الطبراني بسند صحيح.<br />“Tiga orang yang mereka itu tidak diajak bicara dan tidak disucikan oleh Allah (pada hari<br />kiamat), dan mereka menerima adzab yang pedih, yaitu : orang yang sudah beruban (tua) yang<br />berzina, orang miskin yang sombong, dan orang yang menjadikan Allah sebagai barang<br />dagangannya, ia tidak membeli atau menjual kecuali dengan bersumpah ” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(HR. Thabrani dengan sanad</span><span style="color: rgb(0, 102, 0);"> yang shaheh ) .</span><br /><br />Diriwayatkan dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">shoheh Bukhari dan</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">Muslim</span> dari Imran bin Husain ia berkata : Rasulullah bersabda :<br />" خير أمتي قرني ، ثم الذين يلوم ثم الذين يلوم "، -<br />قال عمران : فلا أدري أذكر بعد قرنه مرتين أو ثلاثا ؟ - " ثم<br />إن بعدكم قوم يشهدون ولا يستشهدون، ويخونون ولا يؤتمنون،<br />وينذرون ولا يوفون ويظهر فيهم السمن "<br />“Sebaik-baik umatku adalah mereka yang hidup pada masaku, kemudian generasi berikutnya,<br />kemudian generasi berikutnya lagi” – Imran berkata : “Aku tidak ingat lagi apakah Rasulullah <br />menyebutkan generasi setelah masa beliau dua kali atau tiga ?” – “ Kemudian akan ada setelah masa kalian orang-orang yang memberikan kesaksian sebelum ia diminta, mereka berkhianat dan tidak dapat dipercaya, mereka bernadzar tapi tidak memenuhi nadzarnya, dan badan mereka tampak gemuk gemuk ”.<br /><br />Diriwayatkan pula dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">shaheh Bukhari</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">dan Muslim</span>, dari Ibnu Mas’ud bahwa Nabi<br />Muhammad bersabda :<br />" خير الناس قرني، ثم الذين يلوم ثم الذين يلوم، ثم يجيء<br />قوم تسبق شهادة أحدهم يمينه ويمينه شهادته ".<br />“Sebaik-baik manusia adalah mereka yang hidup pada masaku, kemudian generasi yang<br />datang berikutnya, kemudian generasi yang datang berikutnya lagi, kemudian akan datang orang-orang dimana diantara mereka kesaksianya mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului kesaksiannya ”.<br />Ibrahim (An Nakhoi) berkata : “Mereka memukuli kami karena kesaksian atau sumpah<br />(yang kami lakukan) ketika kami masih kecil”.<br /><br />Kandungan bab ini :<br />1-Adanya wasiat dari Allah untuk menjaga sumpah.<br />2-Penjelasan Rasulullah bahwa sumpah itu dapat melariskan barang dagangan, tapi ia juga dapat menghapus keberkahan usaha itu.<br />3-Ancaman berat bagi orang yang selalu bersumpah, baik ketika menjual atau membeli.<br />4-Peringatan bahwa dosa itu bisa menjadi besar walaupun faktor yang mendorong untuk<br />melakukannya itu kecil (1).<br />5-Larangan dan celaan bagi orang yang bersumpah tanpa diminta.<br />6-Pujian Rasulullah untuk ketiga generasi atau keempat generasi (sebagaimana tersebut dalam<br />suatu hadits), dan memberitakan apa yang akan terjadi selanjutnya.<br />7-Larangan dan celaan bagi orang yang memberikan kesaksian tanpa diminta.<br />8-Orang-orang salaf (terdahulu) memukul anak-anak kecil karena memberikan kesaksian atau<br />bersumpah 1. (1 ) Seperti orang yang sudah beruban (tua) yang berzina, atau orang<br />melarat yang congkak, semestinya mereka tidak melakukan perbuatan dosa ini, karena faktor yang mendorong mereka untuk berbuat demikian adalah lemah atau kecil.<br /><a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0pt none ! important; background: none repeat scroll 0% 0% transparent;" /></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-11269880772047199582010-06-16T16:46:00.000-07:002010-06-18T05:22:23.867-07:00LARANGAN BERSUMPAH MENDAHULUI ALLAH<marquee direction="left" behavior="alternate" scrollamount="2" onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start()" width="95%"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">LARANGAN BERSUMPAH MENDAHULUI ALLAH</span></marquee><br />Jundub bin Abdullah berkata : Rasulullah<br /> bersabda :<br />: من ذا " قال رجل : والله لا يغفر الله لفلان، فقال الله<br />الذي يتألى علي أن لا أغفر لفلان ؟ إني قد غفرت له وأحبطت<br />عملك " رواه مسلم.<br />“Ada seorang laki-laki berkata : “Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan, maka Allah berfirman : “siapa yang bersumpah mendahuluiKu, bahwa aku tidak mengampuni sifulan ? sungguh Aku telah mengampuniNya dan Aku telah menghapuskan amalmu” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">( HR. Muslim ).</span><br /><br />Dan disebutkan dalam hadits riwayat Abi Hurairah bahwa orang yang bersumpah demikian<br />itu adalah orang yang ahli ibadah. Abu Hurairah berkata : “Ia telah mengucapkan suatu ucapan<br />yang menghancurkan dunia dan akhiratnya.”<span style="color: rgb(0, 102, 0);">( HR.</span><span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Ahmad dan Abu Dawud )</span><br /><br />Kandungan bab ini :<br />1-Peringatan untuk tidak bersumpah mendahului Allah.<br />2-Hadits di atas menunjukkan bahwa neraka itu lebih dekat kepada seseorang dari pada tali sendal jepitnya.<br />3-Begitu juga sorga.<br />4-Buktinya adalah apa yang telah dikatakan oleh Abu Hurairah di atas : “Ia telah mengucapkan<br />perkataan yang membinasakan dunia dan akhiratNya”.<br />5-Kadang-kadang seseorang mendapatkan ampunan dari Allah disebabkan karena adanya sesuatu yg ia benci<br /><a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0pt none ! important; background: none repeat scroll 0% 0% transparent;" /></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-17226824871103153182010-06-16T16:37:00.000-07:002010-06-18T05:25:25.019-07:00LARANGAN MENJADIKAN ALLAH SEBAGAI PERANTARA KEPADA MAKHLUKNYA<marquee direction="left" behavior="alternate" scrollamount="2" onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start()" width="95%"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">LARANGAN MENJADIKAN ALLAH SEBAGAI</span></marquee><br /><marquee direction="left" behavior="alternate" scrollamount="2" onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start()" width="95%"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">PERANTARA KEPADA MAKHLUKNYA</span></marquee><br />Diriwayatkan dari Jubair bin Mut’im bahwa ada seorang badui datang kepada Rasulullah <br />dengan mengatakan : “Ya Rasulullah, orang orangpada kehabisan tenaga, anak istri kelaparan, dan harta benda pada musnah, maka mintalah siraman hujan untuk kami kapada Rabbmu, sungguh kami menjadikan Allah sebagai perantara kepadamu, dan kami menjadikanmu sebagai peranatara kepada Allah”. Maka Nabi bersabda :<br />" سبحان الله، سبحان الله "، فما زال يسبح حتى عرف<br />ذلك في وجوه أصحابه، ثم قال :" ويحك ! أتدري ما الله ؟ إن<br />شأن الله أعظم من ذلك، إنه لا يستشفع بالله على أحد " وذكر<br />الحديث. رواه أبو داود.<br />“Maha suci Allah, maha suci Allah” – beliau<br />masih terus bertasbih sampai nampak pada wajah<br />para sahabat (perasaan takut karena kamaranhan<br />beliau ), kemudian beliau bersabda : “ Kasihanilah<br />dirimu, tahukah kalian siapa Allah itu ? sungguh<br />kedudukan Allah itu jauh lebih Agung dari pada<br />yang demikian itu, sesungguhnya tidak dibenarkan<br />Allah dijadikan sebagai perantara kepada siapapun<br />dari makhlukNya. ” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">( HR. Abu Daud ) .</span><br /><br />Kandungan bab ini :<br />1-Rasulullah mengingkari seseorang yang<br />mengatakan :“Kami menjadikan Allah sebagai<br />perantara kepadamu.”<br />2-Rasulullah marah sekali ketika mendengar<br />ucapan ini, dan bertasbih berkali kali, sehingga<br />para sahabat merasa takut.<br />3-Rasulullah tidak mengingkari ucapan badui<br />“kami menjadikanmu sebagai perantara kepada<br />Allah”.<br />4-Penjelasan tentang makna sabda Rasul<br />“Subhanallah” [yang artinya : Maha Suci Allah].<br />5-Kaum muslimin menjadikan Rasulullah sebagai<br />perantara [pada masa hidupnya] untuk memohon<br />[kepada Allah ] siraman hujan.<br /><a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0pt none ! important; background: none repeat scroll 0% 0% transparent;" /></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-18532720585053223242010-06-16T16:15:00.000-07:002010-06-18T05:28:12.327-07:00PENJELASAN TENTANG MAKNA TAUHID DAN SYAHADAT “LA ILAHA ILLALLAH”<marquee direction="left" behavior="alternate" scrollamount="2" onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start()" width="95%"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">PENJELASAN TENTANG MAKNA TAUHID DAN SYAHADAT</span></marquee><br /><marquee direction="left" behavior="alternate" scrollamount="2" onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start()" width="95%"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">“LA ILAHAILLALLAH”</span></marquee><br />Firman Allah :<br />أولئك الذين يدعون يبتغون إلى رم الوسيلة أيهم أقرب <br /> ويرجون رحمته ويخافون عذابه إن عذاب ربك كان محذورا<br />“Orang orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada tuhan mereka, siapa<br />diantara mereka yang lebih dekat ( kepada Allah ) , dan mereka mengharapkan rahmatNya serta takut akan siksaNya; sesungguhnya siksa Tuhanmu<br />adalah sesuatu yang ( harus ) ditakuti.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">( QS. Al Isra’, 57 )</span><br />وإذ قال إبراهيم لأبيه وقومه إنني براء مما تعبدون إلا <br /> الذي فطرني فإنه سيهدين<br />“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapak dan kaumnya : sesungguhnya aku<br />membebaskan diri dari apa yang kalian sembah, kecuali (Allah) Dzat yang telah menciptakan aku, karena hanya Dia yang akan menunjukkan (kepada<br />jalan kebenaran).”<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> (QS. Az zukhruf, 26-27 ).</span><br /><br />اتخذوا أحبارهم ورهباهم أربابا من دون الله والمسيح بن <br />مريم وما أمروا إلا ليعبدوا إلها واحدا لا إله إلا هو سبحانه عما<br /> يشركون<br />“Mereka menjadikan orang-orang alim dan pendeta-pendeta mereka sebagai tuhan-tuhan selain<br />Allah, dan ( mereka mempertaruhkan pula ) Al Masih putera Maryam; padahal mereka itu tiada lain hanyalah diperintahkan untuk beribadah kepada satu sembahan, tiada sembahan yang haq selain Dia. Maha suci Allah dari perbuatan syirik mereka.”<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> (QS. Al Taubah, 31 ).</span><br /><br />ومن الناس من يتخذ من دون الله أندادا يحبوم كحب <br /> الله والذين آمنوا أشد حبا لله<br />“Diantara sebagian manusia ada yang menjadikan tuhan-tuhan tandingan selain Allah,<br />mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman<br />lebih besar cintanya kepada Allah.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">( QS. Al Baqarah, 165 ) .</span><br /><br />Diriwayatkan dalam Shoheh Muslim, bahwa<br />Rasulullah bersabda :<br />" من قال لا إله إلا الله وكفر بما يعبد من دون الله حرم<br />ماله ودمه وحسابه على الله "<br /><br />“Barang siapa yang mengucapkan لا إله إلا الله dan mengingkari sesembahan selain Allah, maka<br />haramlah harta dan darahnya, adapun perhitungannya adalah terserah kepada Allah”.<br />Keterangan tentang bab ini akan dipaparkan pada bab-bab berikutnya.<br />Adapun kandungan bab ini menyangkut masalah yang paling besar dan paling mendasar,<br />yaitu pembahasan tentang makna tauhid dan syahadat.<br />Masalah tersebut telah diterangkan oleh bab ini dengan beberapa hal yang cukup jelas, antara<br />lain :<br /><br />1-Ayat dalam surat Al Isra’. Diterangkan dalam ayat ini sanggahan terhadap orang-orang musyrik, yang memohon kepada orang-orang yang sholeh,<br />oleh karena itu, ayat ini mengandung suatu penjelasan bahwa perbuatan mereka itu adalah<br />syirik besar (1).<br /><br />2-Ayat dalam surat At taubah. Diterangkandalam ayat ini bahwa orang-orang ahli kitab telah<br />menjadikan orang-orang alim dan pendeta pendeta mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan dijelaskan pula bahwa mereka hanya diperintahkan untuk menyembah kepada satu sesembahan, dan menurut penafsiran yang sebenarnya mereka itu<br />hanya diperintahkan untuk taat kepadanya dalam<br /><br />(1 )Dapat diambil kesimpulan dari ayat dalam surat Al Isra’ tersebut bahwa makna tauhid dan syahadat “ La Ilaha Illallah” yaitu : meninggalkan apa yang dilakukan oleh orang orang musyrik,<br />seperti menyeru ( memohon ) kepada orang orang sholeh dan meminta syafaat mereka.<br />hal-hal yang tidak bermaksiat kepada Allah, dan tidak berdoa kepadanya.<br /><br />3-Kata-kata Nabi Ibrahim kepada orang orang kafir : “sesungguhnya saya berlepas diri dari<br />apa yang kalian sembah, kecuali ( saya hanya menyembah) Dzat yang menciptakanku”.<br />Di sini beliau mengecualikan Allah dari segala sesembahan.<br />Pembebasan (dari segala sembahan yang batil) dan pernyataan setia (kepada sembahan yang haq, yaitu : Allah) adalah makna yang sebenarnya dari<br />syahadat “La Ilaha Illallah”.<br /><br />Allah berfirman :<br /> وجعلها كلمة باقية في عقبه لعلهم يرجعون <br />“Dan Nabi Ibrahim menjadikan kalimatsyahadat ini kalimat yang kekal pada<br />keturunannya, agar mereka ini kembali ( kepadajalan yang benar ).” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(QS. Az Zukhruf, 28 )</span><br /><br />4-Ayat dalam surat Al Baqarah yang<br />berkenaan dengan orang-orang kafir, yang<br />dikatakan oleh Allah dalam firmanNya :<br /> وما هم بخارجين من النار <br />“Dan mereka tidak akan bisa keluar dari neraka”.<br />Disebutkan dalam ayat tersebut, bahwa mereka menyembah tandingan tandingan selain<br />Allah, yaitu dengan mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, ini menunjukkan bahwa<br />mereka mempunyai kecintaan yang besar kepada Allah, meskipun demikian kecintaan mereka ini belum bisa memasukkan mereka kedalam agama Islam (1).<br />Lalu bagaimana dengan mereka yang cintanya kepada sesembahan selain Allah itu lebih besar dari cintanya kepada Allah ? Lalu bagaimana lagi orang-orang yang cuma<br />hanya mencintai sesembahan selain Allah, dan tidak mencintai Allah?<br />4-Sabda Rasulullah :<br />" من قال لا إله إلا الله وكفر بما يعبد من دون الله حرم<br />ماله ودمه وحسابه على الله "<br />“Barang siapa yang mengucapkan , لا إله إلا الله dan mengingkari sesembahan selain Allah, maka<br />haram darah dan hartanya, sedangkan perhitungannya kembali kepada Allah”.<br />Ini adalah termasuk hal yang penting sekali yang menjelaskan pengertian لا إله إلا الله . Sebab apa<br />yang dijadikan Rasulullah sebagai pelindung darah dan harta bukanlah sekedar mengucapkan kalimat itu dengan lisan atau memahami arti dan lafadznya, atau mengetahui akan kebenarannya, bahkan bukan pula karena tidak meminta kecuali kepada<br />Allah saja, yang tiada sekutu bagiNya, akan tetapi<br />(1 )Dari ayat dalam surat Al baqoroh tersebut diambil kesimpulan bahwa penjeLasan makna tauhid dan syahadat “ La Ilaha Illallah” yaitu : pemurnian kepada Allah yang diiringi dengan rasa rendah diri dan penghambaan hanya kepadaNya. harus disertai dengan tidak adanya penyembahan kecuai hanya kepadaNya. Jika dia masih ragu atau bimbang, maka<br />belumlah haram dan terlindung harta dan darahnya.<br />Betapa besar dan pentingnya penjelasan makna لا إله إلا الله yang termuat dalam hadits ini,<br />dan betapa jelasnya keterangan yang dikemukakannya, dan kuatnya argumentasi yang<br />diajukan bagi orang-orang yang menentangnya<br /><a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0pt none ! important; background: none repeat scroll 0% 0% transparent;" /></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-2967943423121944172010-06-16T02:06:00.000-07:002010-06-16T02:11:59.810-07:00Bagaimana Hukum Shalat Dipimpin Ahli Bid'ah ?<div style="color: rgb(255, 0, 0);" class="article-index-title">Bagaimana Hukum Shalat Dipimpin Ahli Bid'ah ?</div> <div class="article-index-meta"> Ahad, 03 Januari 2010 - 05:29:57 :: kategori <a href="http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=arsip&cat_id=1">Aqidah</a> </div> <div class="article-index-meta">Penulis: Al Ustadz Qomar ZA, Lc</div> <div align="right"> .: <a href="http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=1585" target="_blank"><img alt="" title="Cetak artikel ini.." src="http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/images/print.png" /></a> :. </div> بسم الله الرحمن الرحيم<br /><br />Shalat di Belakang Imam Ahli Bid'ah<br /><br />Al-Imam al Bukhari membuat sebuah bab berjudul:<br />"Keimaman Seorang yang Terlibat Fitnah dan Seorang Ahli Bid'ah" <br />Lalu beliau menyebutkan riwayat,<br />عَنْ عُبَيْدِاللَّهِ بْنِ عَدِيِّ بْنِ خِيَارٍ أَنَّهُ دَخَلَ عَلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِي اللَّهم عَنْهم وَهُوَ مَحْصُورٌ فَقَالَ إِنَّكَ إِمَامُ عَامَّةٍ وَنَزَلَ بِكَ مَا نَرَى وَيُصَلِّي لَنَا إِمَامُ فِتْنَةٍ وَنَتَحَرَّجُ فَقَالَ الصَّلَاةُ أَحْسَنُ مَا يَعْمَلُ النَّاسُ فَإِذَا أَحْسَنَ النَّاسُ فَأَحْسِنْ مَعَهُمْ وَإِذَا أَسَاءُوا فَاجْتَنِبْ إِسَاءَتَهُمْ<br />Dari 'Ubaidullah bin 'Adi bahwa beliau masuk menemui 'Utsman bin 'Affan saat beliau dikepung maka ia mengatakan: Sesungguhnya engkau adalah imam jama'ah, dan telah menimpamu apa yang kami lihat dan (sekarang yang) mengimami kami adalah imam fitnah , kami merasa takut berdosa. Maka 'Utsaman berkata: Shalat adalah sebaik-baik apa yang dilakukan oleh manusia, maka jika mereka berbuat baik, berbuat baiklah bersama mereka dan jika mereka berbuat jelek maka jauhilah kejelekan mereka. [Shahih, HR Al Bukhari. lihat fathul bari :2/188 no: 695]<br /><br />Ibnu Abi Zamaniin meriwayatkan dari Syabib ia mengatakan: Bahwa Najdah Al Haruri (orang khowarij) bersama teman-temannya datang (ke Makkah) maka ia melakukan perjanjian damai dengan Ibnu Zubair (yang menguasai Makkah saat itu, pent) lalu ia (Najdah) mengimami orang-orang selama sehari semalam dan Ibnu Az-Zubair sehari semalam, maka Ibnu Umar shalat di belakang mereka berdua, Sehingga seseorang mengkritik Ibnu Umar lantas beliau menjawab: Kalau mereka menyeru, 'Mari kepada amal yang baik', maka kita menyambutnya, dan jika mereka menyeru, 'Mari kita bunuh jiwa', maka kami mengatakan: Tidak!!. Dan beliau mengeraskan suaranya ['Usulussunnah karya Ibnu Abi Zamanin :3/1003 dinukil dari Mauqif ahlissunah, dan Al-Baihaqi meriwayatkan yang semakna: 3/122 dalam As-Sunanul kubra]<br /><br />Ibnu Hazm mengatakan: Kami tidak mengetahui seorangpun dari sahabat berhalangan untuk shalat dibelakan Al-Mukhtar, Ubaidullah bin Ziyad dan Al-Hajjaj dan tiada orang fasiq yang lebih fasiq dari mereka. Allah telah berfirman:<br />وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ<br />"Dan tolong menolonglah kalian pada kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong menolong pada perbuatan dosa dan permusuhan"<br />[Al Maidah:2] [Al Muhalla:4/302 dinukil dari dari Mauqif Ahlissunnah:1/351-352]<br /><br />Ibnu Taimiyyah mengatakan: Adalah Abdullah Ibnu 'Umar dan selain beliau dari kalangan sahabat, shalat di belakang Najdah Al Haruri (seorang berpemahaman bid’ah khawarij) [Minhajussnnah:5/247 Mauqif:1/352]<br /><br />'Umair bin Hani mengatakan: Aku melihat Ibnu 'Umar, Ibnu Zubair, Najdah, dan Al Hajjaj, maka Ibnu Umar mengatakan: Mereka (penduduk Makkah yang berperang) berjatuhan dalam neraka sebagaimana lalat jatuh ke dalam kuah. Tapi jika beliau mendengar seorang muadzin, beliau cepat-cepat menuju kepadanya -yakni muadzin mereka- lalu shalat bersama mereka [Al Mushonnaf karya Abdurrazzaq:2/387 As Sunanul Kubra, Al Baihaqi:3/122]<br /><br />Abdul Karim Al Bakka': Saya mendapati sepuluh dari sahabat Nabi shallallahu'alaihi wa sallam semuanya shalat di belakang imam yang jahat [Sunan Al Kubra:3/122 dan Al Bukhari dalam tarikhnya, lihat Fathul Bari karya Ibnu rajab:4/183]<br /><br />Nafi' mengatakan: Bahwa Ibnu 'Umar menyendiri ke Mina saat pertempuran antara Ibnu Zubair dengan Hajjaj di Mina, lalu ia shalat di belakang Hajjaj. [Sunan Al Kubra:3/121]<br /><br />Ibnu 'Umar shalat di belakang Al Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqafi demikian pula Anas bin Malik shalat di belakangnya [Al Bukhari, lihat Syarah At Thahawiyah:374]<br /><br />Demikian riwayat dari sebagian sahabat Nabi shallallahu'alaihi wa sallam yang membuktikan bahwa mereka shalat di belakang ahli bid'ah atau orang fasiq yang sekelas Hajjaj bin Yusuf selama mereka belum kafir.<br /><br />Riwayat dari Tabi'in<br />Ja'far bin Barqon mengatakan: Saya bertanya kepada Maimun bin Mihran tentang shalat di belakang seseorang yang disebut khawarij, ia menjawab: 'Sesungguhnya engkau shalat bukan karena orang itu tapi karena Allah, dulu kami shalat di belakang Al Hajjaj padahal dia haruri azraqi (orang khawarij)'. Lalu aku memandangnya. Maka beliaupun berkata: 'Dia adalah yang kamu selisihi pendapatnya ia menganggapmu kafir dan menghalalkan darahmu, dan Hajjaj dulu semacam itu' [Fathul Bari, Ibnu rajab:4/183]<br /><br />Al Hasan Al Basri ditanya tentang shalat di belakang ahli bid'ah maka beliau menjawab: Shalatlah, dan bid'ahnya ditangung imam itu sendiri [HR. Al Bukhari secara mu'alaq dan Sa'id bin Manshur dinukil dalam Fathul Bari:4/182 karya Ibnu Rajab dan Fathul Bari, Ibnu Hajar :2/188]<br />Al A'masy mengatakan: Adalah murid-murid besar Ibnu Mas'ud shalat jum'at bersama Al Mukhtar dan mereka mengharap pahala dari perbuatan itu. [Usulussunah karya Ibnu Abi Zamanin:3/1004 dinukil dari Mauqif Ahlissunnah]<br /><br />Seseorang berkata kepada Al Hasan Al Bashri: Datang seseorang dari Khawarij mengimami kami, apakah kami shalat di belakangnya? Beliau menjawab: Ya, telah ada yang lebih jelek darinya mengimami orang-orang. [Usulussunah karya Ibnu Abi Zamanin:3/1005]<br />Qotadah mengatakan: Saya bertanya kepada Said Ibnu Al Musayyib: Apakah kita boleh shalat di belakang Al Hajjaj? Ia menjawab: Kami sungguh akan shalat di belakang orang yang lebih jelek darinya.<br />Inilah beberapa riwayat dari tabi'in yang sejalan dengan apa yang dilakukan para sahabat.<br />Selanjutnya dalam masalah ini kita perlu meninjau kepada dua keadaan:<br />Pertama: ketika tidak mungkin berjama'ah kecuali di belakang mereka, seperti pada shalat jum'at, khususnya jaman dulu yang sangat terbatas pelaksanaannya, atau shalat ied atau bahkan shalat lima waktu.<br />Kedua: ketika mungkin melaksanakan jama'ah di belakang selain mereka dari kalangan ahlussunnah dan tidak mengakibatkan makmum meninggalkan jama’ah.<br />Keadaan pertama, kondisi seperti itu justru harus shalat di belakang mereka, karena jika tidak berarti akan menimbulkan hilangnya shalat berjama'ah. Sebagaimana kita lihat pada sebagian riwayat-riwayat di atas dari para sahabat dan tabi'in yang menunjukkan demikian. Bahkan yang sengaja meninggalkannya justru dianggap oleh para ulama sebagai ahli bid'ah.<br /><br />Ibnu Taimiyyah mengatakan:<br />(…Seandainya makmum mengetahui bahwa imamnya seorang ahli bid'ah dan mengajak kepada bid'ahnya atau seorang fasiq yang menampakkan kefasikannya sedang dia adalah imam rawatib yang tidak mungkin shalat kecuali di belakangnya seperti imam shalat jum'at dan dua hari raya dan imam di shalat haji di Arafah dan semacamnya maka makmum hendaknya shalat di belakangnya, (demikian) menurut mayoritas ulama' salaf dan khalaf (belakangan) dan itu adalah madzhab Asy Syafi'i, Ahmad dan yang lainya …Dan barangsiapa meninggalkan shalat jum'at dan jama'ah di belakang imam yang fajir/jahat maka dia adalah ahli bid'ah menurut imam Ahmad dan yang lainya dari kalangan imam ahlussunnah… [Al Fatawa:23/352-354]<br />juga beliau mengatakan: (…Adapun shalat di belakang imam ahli bid'ah maka masalah ini ada perselisihan ulama di dalamnya dan ada perinciannya.<br /><br />Jika tidak ia dapatkan imam selainnya seperti shalat jum'at yang tidak didirikan kecuali di satu tempat, dua hari raya dan shalat-shalat saat pelaksanaan haji di belakang imam musim haji maka yang semacam ini tetap dilakukan di belakang orang yang baik dan orang yang fajir/jahat dengan kesepakatan Ahlussunnah wal Jama'ah. Dan yang meninggalkan shalat semacam ini di belakang para imam hanyalah ahli bid'ah seperti orang-orang Rafidhah/Syi'ah dan yang sejenisnya…[Al Fatawa:23/355]<br />Katanya juga : (…Oleh karenanya orang-orang yang meninggalkan jum'at dan jama'ah di belakang para imam yang jahat secara mutlak terangap -menurut ulama salaf dan para imam- sebagai ahli bid'ah …..[Al Fatawa:23/343-344]<br /><br />Tapi, Apakah Shalatnya Dianggap Sah dan Tidak Perlu Diulangi?<br /><br />Ibnu Taimiyyah mengatakan:<br />(…Yang benar adalah hendaknya ia melakukan shalat itu dan tidak mengulanginya, karena para sahabat, mereka shalat jum'at dan jama'ah di belakang para pimpinan yang fajir/jahat dan mereka tidak mengulanginya sebagaimana Ibnu Umar shalat di belakang Al Hajjaj, demikian pula Ibnu Mas'ud dan yang lainya shalat di belakang Al Walid bin 'Uqbah padahal dia saat itu minum khamr…dan dalam shahih Al Bukhari bahwa Utsman saat beliau dikepung maka seseorang mengatakan: Sesungguhnya Engkau adalah Imam jama'ah dan telah menimpamu apa yang kami lihat dan (sekarang) mengimami kami imam (pimpinan) fitnah, kami merasa takut berdosa. Maka 'Utsman berkata: ‘Sholat adalah sebaik-baik apa yang dilakukan oleh manusia maka jika manusia berbuat baik, berbuat baiklah bersama mereka dan jika meraka berbuat jelek maka jauhilah kejelekan mereka’.<br />Dan yang semacam ini banyak.<br />Dan orang yang fasiq dan mubtadi' shalatnya itu sendiri sah …[Al Fatawa:23/352-354]<br />Adapun jika tidak mungkin shalat kecuali di belakangnya seperti jum'at maka shalatnya (tentu juga) tidak perlu diulangi, dan mengulanginya adalah termasuk perbuatan ahli bid'ah) [Al Fatawa:23/343-344]<br /><br />Ibnu Qudamah juga mengatakan: Wajib sholat jum'at dan menuju kepadanya, sama saja apakah yang mendirikannya itu seorang ahlussunnah atau ahli bid'ah, atau seorang yang adil/sholih maupun fasiq, imam Ahmad telah menyebutkan demikian…dan saya tidak ketahui dalam masalah ini ada khilaf (beda pendapat) antara para ulama. Dalilnya dalam masalah ini adalah keumuman firman Allah ta'ala:<br />إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ<br />"Jika kalian diseru untuk shalat dari hari jum'at maka menujulah kepada dzikrullah dan tinggalkan jual beli" [Al Jumu'ah ayat:9]….Dan juga ijma' para shahabat, karena sesungguhnya Abdullah bin Umar dan yang lainnya dari para sahabat Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam mengikuti shalat jum'at di belakang Al Hajjaj dan yang sejenisnya, dan tidak terdengar dari para sahabat seorangpun dari mereka yang tidak mengikutinya. Abdulah bin Hudzail mengatakan: Kami saling mengingatkan tentang jum'at di masa Al Mukhtar, maka mereka bersepakat untuk mendatanginya, adapun perbuatan dustanya itu dia tanggung sendiri, dan karena jum'at itu adalah termasuk syi'ar agama yang tampak jelas serta yang mengurusinya adalah para penguasa atau yang diwakilkannya, maka tidak melakukan shalat jum'at di belakang orang yang semacam ini sifatnya akan berakibat lenyapnya shalat jum'at [Al-Mughni:3/169-170]<br /><br />Ibnu Abil 'Izz Al Hanafi mengatakan: Barangsiapa yang meninggakan shalat jum'at dan jama'ah di belakang Imam yang fajir/jahat maka dia mubtadi' (ahli bid'ah) menurut mayoritas para ulama. Yang benar ia tetap shalat dan tidak mengulanginya [Syarah Ath Thahawiyah:374]<br /><br /><br />Adapun keadaan kedua, yaitu saat mungkinnya shalat di belakang selain mereka yaitu di belakang imam yang adil/shalih dari ahlussunnah maka para imam bersepakat tetang kemakruhan shalat di belakang mubtadi'/ahli bid'ah. [Mauqif Ahlissunnah 1/360]<br /><br />Pendapat Empat Madzhab<br />Madzhab Hanafi:<br />Dalam kitab Badai'ushona-i' disebutkan: Keimamam ahli bid'ah makruh hal itu telah disebutkan oleh Abu Yusuf, dalam 'al Amali' beliau katakan: Saya tidak suka kalau imam itu pelaku bid'ah karena manusia tidak suka shalat di belakangnya.<br />Tapi apakah boleh shalat di belakangnya? Sebagian guru kami mengatakan tidak boleh. Dalam kitab Al Muntaqa disebutkan sebuah riwayat dari Abu Hanifah bahwa beliau bependapat tidak boleh shalat dibelakan ahli bid'ah.<br />Yang benar bahwa jika bid'ahnya membuatnya kafir maka tidak boleh. Kalau tidak membuatnya kafir maka boleh namun tetap makruh. [Bada'iushana'i', Al Kasani:1/387]<br /><br />Madzhab Maliki<br />Dalam salah satu riwayat dari Imam Malik disebutkan: …Imam Malik mengatakan: Kalau dia shalat maka tidak perlu mengulangi.<br />[Al Mi'yarul Mu'rib:2/338 dinukil dari Mauqif ahlissunnah:1/362]<br /><br />Madzhab Asy Syafi'i:<br />Imam Nawawi mengatakan: Orang-orang yang semadzhab dengan kami mengatakan shalat di belakang orang yang fasiq sah tidak haram akan tetapi makruh demikian pula dimakruhkan di belakang ahli bid'ah yang belum dikafirkan dengan bid'ahnya dan tetap sah …Dan nash ucapan Asy Syafi'i dalam 'al mukhtashor' menunjukan kemakruhan shalat di belakang fasiq dan mubtadi' tapi kalau melakukannya tetap sah. [Al Majmu':4/150]<br />Ibnu Qudamah mengatakan: Al Hasan Abu Ja'far dan Asy Syafi'i membolehkan shalat dibelakan ahli bid'ah…dan karena dia (ahli bid'ah) adalah seseorang yang shalatnya sah maka bermakmum di belakangnyapun sah seperti yang lainnya [Al Mughni:3/18 lihat pula Mughni Al Labib:1/242 ]<br /><br />Madzhab Hanbali:<br />Ibnu Qudamah mengatakan: Adapun shalat jum'at dan 'ied maka boleh shalat di belakang mereka. Dulu imam Ahmad shalat di belakang mu'tazilah demikian pula para imam semasa beliau. [Al Mughni:3/22]<br />Dari imam Ahmad ada sebuah riwayat yaitu bahwa shalat di belakang orang fasiq boleh [Al Mughni:3/20]<br /><br />Sandainya Tetap Sholat di Belakangnya, Apakah Shalatnya Sah atau Tidak?<br />Dalam hal ini ada dua pendapat, Ibnu Taimiyyah menerangkan:<br />(… Adapun jika mungkin melakukan jum'at atau jama'ah di belakang imam yang baik maka itu lebih baik dari pada melakukannya di belakang orang yang fajir/jahat. Saat itu jika ia (tetap) shalat di belakang orang fajir/jahat tanpa ada udzur, maka masalah ini adalah lahan berijtihadnya para ulama.<br />Diantara mereka ada yang mengatakan: Ia harus mengulangi karena ia telah melakukan sesuatu yang tidak disyari'atkan, dimana ia tidak melakukan pengingkaran yang wajib ia lakukan, yaitu ketika ia shalat di belakangnya. Maka shalatnya di belakangnya itu terlarang sehingga ia mesti mengulanginya.<br />Diantara mereka ada yang mengatakan: Tidak perlu mengulanginya karena shalatnya itu sendiri sah …) [Al Fatawa:23/343-344]<br />(…Dan seandainya ia shalat di belakang orang yang diketahui bahwa ia fasiq atau ahli bid'ah/mubtadi' maka dalam hal sahnya shalat, ada dua pendapat yang masyhur dalam madzhab Ahmad dan Malik sedang madzhab Asy Syaafi'i dan Abu Hanifah sah [Al Fatawa:23/351]<br />(…Adapun jika memungkinkannya di belakang selain mubtadi' ini, maka itu lebih baik dan lebih utama tanpa ada keraguan akan tetapi jika ia shalat di belakangnya maka dalam (hal sahnya) shalat ada pertentangan diantara ulama, madzhab Syafi'i dan Abu Hanifah sah shalatnya adapun madzhab Malik dan Ahmad maka dalam madzhab mereka ada perselisihan dan perincian) [Al Fatawa:23/355]<br /><br />Jadi, kesimpulannya sebagai berikut:<br />Pendapat pertama, shalatnya sah dan tidak perlu mengulangi dan ini adalah pendapat Asy Syafi'i dan Abu Hanifah.<br />Abdullah bin Ahmad An Nasafi (dari ulama madzhab Hanafi) mengatakan: Dimakruhkan keimaman seorang budak hamba sahaya, Arab badui, fasiq dan ahli bid’ah [Kanzud Daqa'iq:1/369 dinukil dari Mauqif Ahlissunnah:1/360]<br />Nasr Al Maqdisi menukilkan dari Al Imam As Syafi'i ucapannya: Saya tidak suka keimaman seorang fasiq dan yang menampakkan bid'ah [Mukhtashor kitab al hujjah 'la tarikil mahajjah:570. Dinukil dari Mauqif Ahlissunnah:1/360]<br /><br />Dan ini ternyata juga pendapat Imam Malik dalam salah satu riwayat dari beliau (…Imam Malik mengatakan: Kalau dia shalat maka tidak perlu mengulang.. dan Suhnun mengatakan: Kalau mengulangi itu baik dan kalau tidak mangulangi maka tidak mengapa, dan beliau menganggap lemah pendapat yang mengatakan mengulangi, beliau berpendapat untuk tidak mengulangi baik masih dalam waktu shalat atau di luar waktu, dan seluruh murid-murid Malik yaitu Ayshab, Mughirah …dan lainnya mengatakan: Tidak diulangi (sholatnya) di belakang mereka.[Al Mi'yarul Mu'rib:2/338 dinukil dari Mauqif Ahlissunnah, karya Asy-Syakih Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili:1/362]<br />Ini juga salah satu pendapat Imam Ahmad, beliau mengatakan: Dilakukan shalat di belakang orang yang baik dan yang fajir/jahat, tidak seorangpun dikafirkan dengan sebab dosa (selain dosa kekafiran besar-pent). [Ar Riwayataini wal wajhaini:1/172 dinukil dari Mauqif Ahlissunnah:1/362. Riwayat Harb.]<br /><br />Dalam riwayat yang lain beliau mengatakan bahwa yang mengulangi adalah termasuk ahli bid’ah (mubtadi'). [lihat, Al Mughni:3/20-22]<br />Dengan demikian pendapat ini telah disepakati oleh empat madzhab.<br /><br />Pendapat yang kedua, shalatnya tidak sah dan harus mengulangi. Ini adalah pendapat Maliki dan Hambali dalam salah satu riwayat dari Imam Malik dan Imam Ahmad.<br /><br />Imam Malik ditanya tentang seseorang yang shalat di belakang orang yang bermadzhab Qodari (ingkar taqdir): Maka beliau berpendapat untuk tidak shalat di belakangnya dan beliau mengatakan dalam hal shalat jum'at saya berpendapat kalau kamu takut dan khawatir terhadapnya maka shalatlah bersamanya, lalu kamu ulangi dengan shalat dhuhur [Al Mudawwanah:345 dinukil dari Mauqif Ahlissunnah:1/361]<br /><br />Imam Ahmad mengatakan: Tidak perlu shalat di belakang (ahli bid’ah) Murji'ah, (ahli bid’ah) Rafidahah, dan fasiq kecuali jika takut dari mereka maka shalat di belakang mereka lalu mengulangi [Riwayat Abul Harits, Ar Riwayataini wal wajhaini:1/172 dinukil dari Mauqif Ahlissunnah:1/362]<br /><br />Imam Malik mengatakan tidak sah di belakang orang yang fasiq tanpa di dasari takwil, seperti peminum khamr dan pezina. Sementara jumhur ulama berpendapat sahnya. Demikian kata An Nawawi [Al Majmu':4/150]<br /><br />Nash-nash imam Ahmad yang lain menunjukan tidak boleh [lihat, Al Mughni:3/20-22]… dalam sebuah ucapan beliau menyuruh untuk mengulangi shalatnya . [lihat Al Mughni:3/20-22].<br /><br />Demikian dua pendapat yang ada, namun pendapat yang pertama lebih kuat dan itu merupakan pendapat mayoritas para ulama, Imam An-Nawawi mengatakan: Imam Malik mengatakan tidak sah di belakang fasiq tanpa takwil seperti peminum, khamr dan pezina. Sementara jumhur ulama berpendapat sahnya. [Al Majmu':4/150]<br /><br />Ibnu Taimiyyah mengatakan: …(Saat) memungkinkan shalat di belakang orang yang ia ketahui bahwa ia mubtadi' atau fasiq tapi memungkinkan pula shalat di belakang selainnya maka mayoritas para ulama' menganggap sahnya shalat makmum, [Majmu' Fatawa:3/280]<br />Adapun di antara alasannya adalah apa yang telah tersebut dari sela-sela nukilan ucapan para ulama' diatas.<br /><br />Dari sini kita mengetahui salahnya sebagian kelompok atau individu yang meninggalkan shalat berjama'ah di masjid -dimana itu hukumnya wajib menurut pendapat yang kuat- dengan alasan imamnya adalah ahli bid'ah. Yang lebih unik adalah ketika ternyata dia sendiri ahli bid'ah, seperti terjadi pada sebagian lembaga dan jama'ah-jama'ah dakwah Islam di Indonesia ini.<br /><br />Hanya kepada Allah aku mengadu.<br />Wallahua'lam bish showab<br />Disusun oleh Qomar Su'aidi ZA, 23 september 2004 M<br /><br />Footnote :<br />1. Maksudnya masuk dalam fitnah sehingga memberontak penguasa. [Fathul Bari]<br />2. Ibnu hajar mengatakan: Ahli bid'ah adalah yang meyakini sesuatu yang bertentangan dengan ahlussunnah wal jama'ah. Fahul bari: 2/188<br />3. Ibnu Hajar mengatakan: Yakni pimpinan fitnah [Fathul Bari:2/189]<br /><br />(Dikirim oleh al ustadz Qomar ZA, Lc melalui email) SUMBER :http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1585<div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-57576831048414007012010-06-15T23:37:00.000-07:002010-06-15T23:40:12.826-07:00Mempererat Persatuan, Menjauhi Perpecahan<div class="article-index-container"> <div class="article-index-title">Mempererat Persatuan, Menjauhi Perpecahan</div> <div class="article-index-meta"> Selasa, 27 Juni 2006 - 11:20:45 :: kategori <a href="http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=arsip&cat_id=2">Manhaj</a> </div> <div class="article-index-meta">Penulis: Al Ustadz Muhammad Umar As-Sewed</div> <div class="article-index-content"> <div align="right"> .: <a href="http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=1074" target="_blank"><img alt="" title="Cetak artikel ini.." src="http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/images/print.png" /></a> :. </div> Persatuan kaum muslimin di atas Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai dengan jalan Salafus Shalih adalah perintah syari’at agama yang mulia ini.<br /><br />Allah سبحانه وتعالى berfirman:<br />وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ. {ال عمران: 103}<br />Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu jadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk. (Ali Imran: 103)<br /><br />Ayat ini memerintahkan seluruh kaum muslimin untuk bersatu di atas jalan Allah dan melarang kita untuk berpecah-belah. Disebutkan dalam ayat ini, bahwa persatuan yang diperintahkan adalah persatuan di atas kitab dan sunnah atau di atas tali Allah. Barang siapa yang melepaskan diri atau mengambil jalan lain selain jalan Allah, maka dialah yang memisahkan diri dari jama’ah kaum muslimin dan berarti dialah yang menyebabkan terjadinya perpecahan.<br /><br />Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud رضي الله عنه bahwa dia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah menggariskan satu garis (di tanah) dengan tangan beliau seraya berkata: “Ini jalan Allah yang lurus”. Kemudian beliau صلى الله عليه وسلم menggariskan garis-garis di kanan dan kiri garis tadi dan berkata: “Ini jalan-jalan lain, tidak ada satu jalan pun di sana, kecuali ada setan yang mengajak kepadanya”. Kemudian beliau صلى الله عليه وسلم membaca ayat: wa anna hadza shirathii mustaqiiman fattabi’iuhu… (HR. Imam Ahmad, Nasa’i, Darimi, Ibnu Abi Hatim dan Hakim dan beliau menshahihkannya)<br /><br />Adapun yang dimaksud adalah ayat Allah dalam surat al-An’aam: 153:<br />وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. {الأنعام: 153}<br />Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada kalian agar kalian bertakwa. (al-An’aam: 153)<br />Ayat ini pun mengajak umat Islam kepada persatuan dan melarang perpecahan, bersatu di jalan Allah dan jangan berpecah-belah dengan mengikuti jalan-jalan lainnya. Jalan Allah tersebut bukanlah satu organisasi, partai, kelompok atau firqah-firqah tertentu. Melainkan jalan yang Allah gariskan melalui lisan Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم.<br /><br />Ibnul Qayyim رحمه الله menerangkan makna jalan Allah yang lurus sebagai berikut: “Dia adalah jalan Allah yang Allah telah gariskan untuk hamba-hambaNya. Jalan yang akan menyampaikan mereka kepada Allah dan tidak ada jalan lain selain itu. Bahkan seluruh jalan berakhir kepada makhluk, kecuali satu jalan yang telah digariskan melalui lisan para rasulnya, yaitu mengesakan Allah dalam ibadah dan menyendirikan rasul dalam ittiba’ (ikutan)”. (Fathul Majid, Syaikh Abdurrahman Alu Syaikh, hal. 24)<br />Dengan kata lain, jalan tersebut berada di atas dua prinsip:<br />1. Tauhidullah (mengesakan Allah)<br />2. Ittiba’ rasul (mengikuti sunnah rasul).<br />Maka yang akan memecah-belah kaum muslimin adalah lawan dari keduanya yaitu kesyirikan dan kebid’ahan.<br /><br />Berkata Mujahid tentang subul (jalan-jalan lain): “Ayat Allah ‘walaa tattabi’us subul’ adalah jangan ikuti kebid’ahan-kebid’ahan dan syahwat (dalam riwayat lain: syubhat-syubhat)”. (Fathul Majid, Syaikh Abdurrahman Alu Syaikh, hal. 24)<br /><br />Sungguh sangat jelas keterkaitan antara kebid’ahan-kebid’ahan dan perpecahan. Kalau pegangan kaum muslimin adalah al-Qur'an dan as-sunnah, maka pegangan tersebut sudah baku dan tertentu, tidak bisa berubah atau dirubah. Adapun kebid’ahan-kebid’ahan adalah perkara-perkara baru yang ditambahkan atau diusulkan oleh manusia dan dianggap baik oleh pikiran mereka sendiri. Jika manusia dibiarkan memikirkan sendiri bentuk-bentuk ibadah yang baik buat mereka, niscaya akan muncul berbagai macam pendapat, usulan dan ide-ide yang berbeda-beda bahkan saling bertentangan. Inilah hakekat perpecahan.<br /><br />Bagi manusia yang tidak memiliki Al-Qur'an dan As-Sunnah atau ingkar (kafir) kepada keduanya, maka wajar jika mereka mencari sendiri apa yang baik buat mereka. Kemudian akan muncullah berbagai macam agama, sekte-sekte atau aliran-aliran yang masing masing-masing merasa idenya paling hebat dan paling bagus. Maka terjadilah perselihan dan perpecahan.<br /><br />Demikian pula apa yang terjadi pada kaum musyrikin penyembah berhala, mereka masing-masing membanggakan berhala mereka sendiri-sendiri. Sebagaimana perkataan Abu Sufyan –ketika belum masuk Islam— saat terjadinya perang Uhud: “Kami memiliki berhala ‘Uzza dan tidak ada ‘Uzza bagi kalian”. Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab: “Katakanlah! Allah penolong kami, dan tidak ada penolong bagi kalian”. (HR. Bukhari; lihat Fathul Majid, hal. 144)<br /><br />Adapun umat Islam semestinya tidak seperti mereka. Umat Islam beribadah kepada Allah yang satu, mengikuti Nabi yang satu dan berpegang dengan kitab yang satu pula yaitu al-Qur'an. Oleh karena itu Allah سبحانه وتعالى melarang kita untuk berpecah-belah seperti kaum musyrikin.<br />Allah سبحانه وتعالى berfirman:<br />... وَلاَ تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (31) مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ. {الروم: 31-32}<br />…dan janganlah kalian termasuk orang-orang musyrikin, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (ar-Ruum: 31-32)<br /><br />Tidak mungkin bagi umat Islam terpecah satu sama lainnya dan saling membanggakan apa yang ada pada mereka, kecuali jika pada mereka ada sesuatu yang bukan dari al-Qur'an dan sunnah, yaitu kebid’ahan-kebid’ahan dan “ide-ide” baru yang ditambah-tambahkan ke dalam Islam.<br /><br />Rasulullah صلى الله عليه وسلم berlepas diri dari mereka yang sengaja memecah-belah agama mereka dan mengajarkan ajaran-ajaran baru yang diatasnamakan Islam, sehingga jadilah Islam ini berwarna-warni; ada Islam merah, Islam kuning, Islam biru dan lain-lain. Dan Allah سبحانه وتعالى memisahkan Rasulullah dari mereka dalam firman-Nya:<br />إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ. {الأنعام: 159}<br />Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung-jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. (al-An’aam: 159)<br /><br />Ummu Salamah رضي الله عنها –setelah membaca ayat ini—berkata: “Ketahuilah bahwa nabi kalian berlepas diri dari mereka yang memecah-belah agamanya menjadi berbagai macam aliran”. (Lihat al-I’tisham, Imam Syatibi, 1/80)<br /><br />Dengan ini, maka seluruh kaum muslimin harus berada dalam satu jama’ah, jangan berpecah-belah dan jangan memisahkan diri dengan pendapat-pendapat baru yang nyleneh (baca: bid’ah). Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:<br />عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ اْلإِثْنَيْنِ أَبْعَدُ. مَنْ أَرَادَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ. (رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح غريب. وصححه الألباني في جامع الترمذي رقم 2165)<br />Wajib atas kalian untuk tetap bersama jama’ah. Sesungguhnya setan bersama orang yang satu. Adapun dari orang yang berdua dia lebih jauh. Barang siapa yang menginginkan tengah-tengahnya surga, maka hendaklah dia bersama jamaa’ah. (HR. Tirmidzi dan ia berkata: “Hadits hasan shahih gharib. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Jami’ at-Tirmidzi, no. hadits 2165)<br /><br />Disamping itu, persatuan merupakan rahmat Allah سبحانه وتعالى yang sudah semestinya diupayakan oleh kaum muslimin. Sebaliknya, perpecahan merupakan adzab yang sudah seharusnya dijauhi oleh umat Islam.<br />Rasulullah صلى الله عليه وسلم:<br />الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ. (رواه أحمد وصححه الألباني في الصحيحة رقم 667)<br />Persatuan (jama’ah) adalah rahmat dan perpecahan (furqah) adalah adzab. (HR. Ahmad. Syaikh al-Albani menshahihkannya dalam ash-Shahihah, hadits no. 667)<br /><br />Adapun mereka yang menyatakan bahwa ‘perbedaan umat ini adalah rahmat’ dengan menyandarkan pada hadits:<br />إِخْتِلاَفِ أُمَّتِي رَحْمَةٌ.<br />Perbedaan (perpecahan) umatku adalah rahmat.<br />Pendapat ini tertolak. Karena derajat hadits tersebut 'la ashla lahu' (“tidak ada asalnya”). Syaikh al-Albani رحمه الله menyebutkannya dalam Silsilah al-Ahaadits adl-Dlaifah, hadits no. 578) Disamping itu bertolak-belakang dengan hadits shahih yang telah disebutkan sebelumnya.<br />Bahkan bertentangan dengan ayat Allah yang melarang perselisihan dan perpecahan:<br />...وَلاَ يَزَالُوْنَ مُخْتَلِفِيْنَ (118) إِلاَّ مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ... (هود: 118-119)<br />…tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabb-mu… (Huud: 118-119)<br />Dalam ayat ini Allah justru menerangkan bahwa manusia akan terus berkhtilaf kecuali yang dirahmati oleh Allah سبحانه وتعالى. Maka tidak mungkin perselisihan itu adalah rahmat. (Untuk lebih detailnya silakan baca Muqadimah Sifat Shalat Nabi, Syaikh al-Albani, hal. 58-60)<br /><br />Dengan ini seluruh para ulama ahlus sunnah menganggap bahwa tetap bersama jama’ah adalah merupakan prinsip dasar ahlus sunnah. Oleh karena itulah mereka dikenal dengan julukan “Ahlus Sunnah wal Jama’ah”.<br />Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه berkata: “Wahai manusia, wajib atas kalian untuk tetap taat dan tetap bersama jama’ah. Karena itulah tali Allah عز وجل yang Allah perintahkan untuk memegangnya. Apa yang kalian tidak sukai di dalam jama’ah adalah lebih baik dari pada apa yang kalian sukai di dalam perpecahan”. (asy-Syari’ah, al-Aajuri, hal. 13; lihat Irsyadul Bariyyah, hal. 39)<br /><br />Adapun yang dimaksud oleh Ibnu Mas’ud dengan “tali Allah” adalah tali yang Allah perintahkan umat ini untuk memegangnya di dalam Surat Ali Imran ayat 103 di awal pembahasan.<br />Abu Ja’far ath-Thahawi رحمه الله berkata: “Kami berpendapat bahwa al-jama’ah adalah hak dan kebenaran. Sedangkan perpecahan adalah penyimpangan dan adzab”. (Syarh al-Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 577)<br /><br />(Dikutip dari bulletin Manhaj Salaf, Edisi: 102/Th. III 06 Rabi’ul Akhir 1427 H/-05 Mei 2006 M , judul asli Merekatkan Persatuan, Menjauhi Perpecahan, penulis asli Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed. Risalah Dakwah MANHAJ SALAF, Insya Allah terbit setiap hari Jum’at. Ongkos cetak dll Rp. 200,-/exp. tambah ongkos kirim. Pesanan min 50 exp. bayar 4 edisi di muka. Diterbitkan oleh Yayasan Dhiya’us Sunnah, Jl. Dukuh Semar Gg. Putat RT 06 RW 03, Cirebon. telp. (0231) 222185. Penanggung Jawab & Pimpinan Redaksi: Ustadz Muhammad Umar As-Sewed; Sekretaris: Ahmad Fauzan/Abu Urwah, HP 081564634143; Sirkulasi/pemasaran: Abu Abdirrahman Arief Subekti HP 081564690956. )<br />SUMBER :http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1074</div> </div><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-8718739375117406442010-06-15T23:17:00.000-07:002010-06-15T23:34:18.817-07:00Hakikat Dakwah Salafiyyah<div class="article-index-container"> <div style="color: rgb(0, 0, 153);" class="article-index-title">Hakikat Dakwah Salafiyyah</div> <div class="article-index-meta"> Senin, 20 November 2006 - 00:34:59 :: kategori <a href="http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=arsip&cat_id=2">Manhaj</a> </div> <div class="article-index-meta">Penulis: Al Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain</div> <div class="article-index-content"> <div align="right"> .: <a href="http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=1112" target="_blank"><img alt="" title="Cetak artikel ini.." src="http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/images/print.png" /></a> :. </div> Pertanyaan :<br />Berkembangnya dakwah Salafiyyah di kalangan masyarakat dengan pembinaan yang mengarah kepada perbaikan ummat di bawah tuntunan Rasulullah shallallahu 'alahi wa alihi wa sallam adalah suatu hal yang sangat disyukuri. Akan tetapi di sisi lain, orang-orang menyimpan dalam benak mereka persepsi yang berbeda-beda tentang pengertian Salafiyah itu sendiri sehingga bisa menimbulkan kebingunan bagi orang-orang yang mengamatinya, maka untuk itu dibutuhkan penjelasan yang jelas tentang hakikat Salafiyah itu. Mohon keterangannya !<br /><br />Jawab (Cukup mewakili untuk membantah tuduhan bahwa dakwah salaf, salaf adalah muhdats, red) :<br />Salafiyah adalah salah satu penamaan lain dari Ahlussunnah Wal Jama’ah yang menunjukkan ciri dan kriteria mereka.<br />Salafiyah adalah pensifatan yang diambil dari kata سَلَفٌ (Salaf) yang berarti mengikuti jejak, manhaj dan jalan Salaf. Dikenal juga dengan nama سَلَفِيُّوْنَ (Salafiyyun). Yaitu bentuk jamak dari kata Salafy yang berarti orang yang mengikuti Salaf. Dan juga kadang kita dengar penyebutan para 'ulama Salaf dengan nama As-Salaf Ash-Sholeh (pendahulu yang sholeh).<br /><br />Dari keterangan di atas secara global sudah bisa dipahami apa yang dimaksud dengan Salafiyah. Tapi kami akan menjelaskan tentang makna Salaf menurut para 'ulama dengan harapan bisa mengikis anggapan/penafsiran bahwa dakwah Salafiyah adalah suatu organisasi, kelompok, aliran baru dan sangkaan-sangkaan lain yang salah dan menodai kesucian dakwah yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu 'alahi wa alihi wa sallam ini.<br />Kata Salaf ini mempunyai dua definisi ; dari sisi bahasa dan dari sisi istilah.<br /><br />Definisi Salaf secara bahasa<br />Berkata Ibnu Manzhur dalam Lisanul 'Arab : “Dan As-Salaf juga adalah orang-orang yang mendahului kamu dari ayah-ayahmu dan kerabatmu yang mereka itu di atas kamu dari sisi umur dan keutamaan karena itulah generasi pertama dikalangan tabi'in mereka dinamakan As-Salaf Ash-Sholeh”.<br />Berkata Al-Manawi dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">At-Ta'arif jilid 2 hal.412</span> : “As-Salaf bermakna At-Taqoddum (yang terdahulu). Jamak dari salaf adalah أََسْلاَفٌ (aslaf)”.<br />Masih banyak rujukan lain tentang makna salaf dari sisi bahasa yang ini dapat dilihat dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Mauqif Ibnu Taimiyyah minal 'asya'irah jilid 1 hal.21.</span><br /><br />Jadi arti Salaf secara bahasa adalah yang terdahulu, yang awal dan yang pertama. Mereka dinamakan Salaf karena mereka adalah generasi pertama dari ummat Islam.<br /><br />Definisi Salaf secara Istilah<br />Istilah Salaf dikalangan para 'ulama mempunyai dua makna ; secara khusus dan secara umum.<br /><br />Pertama : Makna Salaf secara khusus adalah generasi permulaan ummat Islam dari kalangan para shahabat, Tabi'in (murid-murid para Shahabat), Tabi'ut Tabi'in (murid-murid para Tabi’in) dalam tiga masa yang mendapatkan kemulian dan keutamaan dalam hadits mutawatir yang diriwayatkan oleh Imam Bukhary, Muslim dan lain-lainnya dimana Rasulullah shallallahu 'alahi wa alihi wa sallam menyatakan :<br /><br />خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ<br /><br />“Sebaik-baik manusia adalah generasiku kemudian generasi setelahnya kemudian generasi setelahnya”.<br /><br />Makna khusus inilah yang diinginkan oleh banyak ‘ulama ketika menggunakan kalimat Salaf dan saya akan menyebutkan beberapa contoh dari perkataan para 'ulama yang mendefinisikan Salaf dengan makna khusus ini atau yang menggunakan istilah Salaf dan mereka inginkan dengannya makna Salaf secara khusus.<br /><br />Berkata Al-Bajury dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Syarah Jauharut Tauhid hal.111</span> : “Yang dimaksud dengan salaf adalah orang-orang yang terdahulu dari para Nabi dan para shahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka”.<br /><br />Berkata Al-Qolasyany dalam Tahrirul Maqolah Syarah Ar-Risalah : “As-Salaf Ash-Sholeh yaitu generasi pertama yang mapan di atas ilmu, yang mengikuti petunjuk Nabi shollahu 'alahi wa alihi wa sallam lagi menjaga sunnah-sunnah beliau. Allah memilih mereka untuk bersahabat dengan Nabi-Nya dan memilih mereka untuk menegakkan agama-Nya dan mereka itulah yang diridhoi oleh para Imam ummat (Islam) dan mereka berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad dan mereka mencurahkan (seluruh kemampuan mereka) dalam menasehati ummat dan memberi manfaat kepada mereka dan mereka menyerahkan diri-diri mereka dalam menggapai keridhoan Allah”.<br /><br />Dan berkata Al-Ghazaly memberikan pengertian terhadap kata As-Salaf dalam<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Iljamul 'Awwam ‘An ‘ilmil Kalam hal.62 </span>: “Yang saya maksudkan dengan salaf adalah madzhabnya para shahabat dan Tabi'in”.<br /><br />Lihat <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Limadza Ikhtartu Al-Manhaj As-Salafy hal.31 dan Bashoir Dzawisy Syaraf Bimarwiyati Manhaj As-Salaf hal.18-19.</span><br /><br />Berkata Abul Hasan Al-Asy'ary dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Kitab Al-Ibanah Min Ushul Ahlid Diyanah hal.21</span> : “Dan (diantara yang) kami yakini sebagai agama adalah mencintai para ‘ulama salaf yang mereka itu telah dipilih oleh Allah ‘Azza Wa Jalla untuk bershahabat dengan Nabi-Nya dan kami memuji mereka sebagaimana Allah memuji mereka dan kami memberikan loyalitas kepada mereka seluruhnya”.<br /><br />Berkata Ath-Thahawy dalam Al-‘Aqidah Ath-Thohawiyah : “Dan ulama salaf dari generasi yang terdahulu dan generasi yang setelah mereka dari kalangan Tabi'in (mereka adalah) Ahlul Khair (ahli kebaikan) dan Ahli Atsar (hadits) dan ahli fiqh dan telaah (peneliti), tidaklah mereka disebut melainkan dengan kebaikan dan siapa yang menyebut mereka dengan kejelekan maka dia berada di atas selain jalan (yang benar)”.<br /><br />Dan <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Al-Lalika`i dalam Syarah Ushul I'tiqod Ahlis Sunnah Wal Jama'ah jilid 2 hal.334</span> ketika beliau membantah orang yang mengatakan bahwa Al-Qura dialah yang berada di langit, beliau berkata : “Maka dia telah menyelisihi Allah dan Rasul-Nya dan menolak mukjizat Nabi-Nya dan menyelisihi para salaf dari kalangan Shahabat dan tabi'in dan orang-orang setelahnya dari para ‘ulama ummat ini".<br /><br />Berkata Al-Baihaqy dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Syu'abul Iman jilid 2 hal.251</span> tatkala beliau menyebutkan pembagian ilmu, beliau menyebutkan diantaranya : “Dan mengenal perkataan-perkataan para salaf dari kalangan shahabat, Tabi'in dan orang-orang setelah mereka”.<br /><br />Dan berkata Asy-Syihristany dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Al-Milal Wa An-Nihal jilid 1 hal.200</span> : "Kemudian mengetahui letak-letak ijma' (kesepakatan) shahabat, Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in dari Salafus Sholeh sehingga ijtihadnya tidak menyelisihi ijma' (mereka)".<br /><br />Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Bayan Talbis Al-Jahmiyah jilid 1 hal.22 </span>: "Maka tidak ada keraguan bahwasanya kitab-kitab yang terdapat di tangan-tangan manusia menjadi saksi bahwasanya seluruh salaf dari tiga generasi pertama mereka menyelesihinya".<br /><br />Dan berkata Al-Mubarakfury dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Tuhfah Al-Ahwadzy jilid 9 hal.165</span> : "…Dan ini adalah madzhab Salafus Sholeh dari kalangan shahabat dan Tabi'in dan selain mereka dari para 'ulama -mudah-mudahan Allah meridhoi mereka seluruhnya-".<br /><br />Dan hal yang sama dinyatakan oleh Al-’Azhim Abady dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">'Aunul Ma'bud jilid 13 hal.7.</span><br /><br />Kedua : Makna salaf secara umum adalah tiga generasi terbaik dan orang-orang setelah tiga generasi terbaik ini, sehingga mencakup setiap orang yang berjalan di atas jalan dan manhaj generasi terbaik ini.<br /><br />Dan berkata Al-'Allamah Muhammad As-Safariny Al-Hambaly dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Lawami’ Al-Anwar Al-Bahiyyah Wa Sawathi' Al-Asrar Al-Atsariyyah jilid 1 hal.20 </span>: “Yang diinginkan dengan madzhab salaf yaitu apa-apa yang para shahabat yang mulia -mudah-mudahan Allah meridhoi mereka- berada di atasnya dan para Tabi’in yang mengikuti mereka dengan baik dan yang mengikuti mereka dan para Imam agama yang dipersaksikan keimaman mereka dan dikenal perannya yang sangat besar dalam agama dan manusia menerima perkataan-perkataan mereka…”.<br /><br />Berkata Ibnu Abil 'Izzi dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Syarah Al ‘Aqidah Ath-Thohawiyah hal.196</span> tentang perkataan Ath-Thohawy bahwasanya Al-Qur`an diturunkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala : "Yakni merupakan perkataan para shahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik dan mereka itu adalah Salafus Sholeh".<br /><br />Dan berkata Asy-Syaikh Sholeh Al-Fauzan dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Nazharat Wa Tu'uqqubat 'Ala Ma Fi Kitab As-Salafiyah hal.21</span> : “Dan kata Salafiyah digunakan terhadap jama'ah kaum mukminin yang mereka hidup di generasi pertama dari generasi-generasi Islam yang mereka itu komitmen di atas Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan shahabat Muhajirin dan Anshor dan yang mengikuti mereka dengan baik dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mensifati mereka dengan sabdanya : "Sebaik-baik manusia adalah zamanku kemudian zaman setelahnya kemudian zaman setelahnya....".<br /><br />Dan beliau juga berkata dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Al-Ajwibah Al-Mufidah 'An As`ilah Al-Manahij Al-Jadidah hal.103-104</span> : "As-Salafiyah adalah orang-orang yang berjalan di atas Manhaj Salaf dari kalangan Shahabat dan tabi'in dan generasi terbaik, yang mereka mengikutinya dalam hal aqidah, manhaj, dan metode dakwah".<br /><br />Dan berkata Syaikh Nashir bin ‘Abdil Karim Al-‘Aql dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Mujmal Ushul I'tiqod Ahlus Sunnah Wal Jama'ah hal.5</span> : "As-Salaf, mereka adalah generasi pertama ummat ini dari para shahabat, tabi'in dan imam-imam yang berada di atas petunjuk dalam tiga generasi terbaik pertama. Dan kalimat As-Salaf juga digunakan kepada setiap orang yang berada pada setelah tiga generasi pertama ini yang meniti dan berjalan di atas manhaj mereka". <br /><br />Asal Penamaan Salaf Dan Penisbahan Diri Kepada Manhaj Salaf<br /><br />Asal penamaan Salaf dan penisbahan diri kepada manhaj Salaf adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada putrinya Fathimah radihyallahu ‘anha :<br /><br />فَإِنَّهُ نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ<br /><br />“Karena sesungguhnya sebaik-baik salaf bagi kamu adalah saya". Dikeluarkan oleh <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Bukhary no.5928 dan Muslim no.2450.</span><br /><br />Maka jelaslah bahwa penamaaan salaf dan penisbahan diri kepada manhaj Salaf adalah perkara yang mempunyai landasan (pondasi) yang sangat kuat dan sesuatu yang telah lama dikenal tapi karena kebodohan dan jauhnya kita dari tuntunan syari’at yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka muncullah anggapan bahwa manhaj salaf itu adalah suatu aliran, ajaran, atau pemahaman baru, dan anggapan-anggapan lainnya yang salah.<br /><br />Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Majmu’ Fatawa jilid 4 hal 149</span> : “Tidak ada celaan bagi orang yang menampakkan madzhab salaf dan menisbahkan diri kepadanya dan merujuk kepadanya, bahkan wajib menerima hal tersebut menurut kesepakatan (para ulama). Karena sesungguhnya madzhab salaf itu adalah tak lain kecuali kebenaran”.<br /><br />Berikut ini saya akan memberikan beberapa contoh untuk menunjukkan bahwa penggunaan nama salaf sudah lama dikenal.<br /><br />Berkata Imam Az-Zuhry (wafat 125 H) tentang tulang belulang bangkai seperti bangkai gajah dan lainnya : “Saya telah mendapati sekelompok dari para ulama salaf mereka bersisir dengannya dan mengambil minyak darinya, mereka menganggap (hal tersebut) tidak apa-apa”. Lihat : Shohih Bukhary bersama<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Fathul Bary jilid 1 hal.342.</span><br /><br />Tentunya yang diinginkan dengan ‘ulama salaf oleh Az-Zuhry adalah para shahabat karena Az-Zuhry adalah seorang Tabi’i (generasi setelah shahabat).<br /><br />Dan Sa’ad bin Rasyid (wafat 213 H) berkata : “Adalah para salaf, lebih menyenangi tunggangan jantan karena lebih cepat larinya dan lebih berani”. Lihat : <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Shohih Bukhary dengan Fathul Bary jilid 6 hal.66 </span>dan Al-Hafizh menafsirkan kata salaf : “Yaitu dari shahabat dan setelahnya”.<br /><br />Berkata Imam Bukhary (wafat 256 H) dalam Shohihnya dengan <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Fathul Bary jilid 9 hal.552</span> : “Bab bagaimana para ‘ulama salaf berhemat di rumah-rumah mereka dan di dalam perjalanan mereka dalam makanan, daging dan lainnya”.<br /><br />Imam Ibnul Mubarak (wafat 181 H) berkata : “Tinggalkanlah hadits ‘Amr bin Tsabit karena ia mencerca para ‘ulama salaf”. Baca : <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Muqoddimah Shohih Muslim jilid 1 hal.16.</span><br /><br />Tentunya yang diinginkan dengan kata salaf oleh Imam Bukhary dan Ibnul Mubarak tiada lain kecuali para shahabat dan tabi’in.<br /><br />Dan juga kalau kita membaca buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan nasab, akan didapatkan para ’ulama yang menyebutkan tentang nisbah Salafy (penisbahan diri kepada jalan para ‘ulama salaf), dan ini lebih memperjelas bahwa nisbah kepada manhaj salaf juga adalah sesuatu yang sudah lama dikenal dikalangan para ‘ulama.<br /><br />Berkata As-Sam'any dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Al-Ansab jilid 3 hal.273</span> : "Salafy dengan difathah (huruf sin-nya) adalah nisbah kepada As-Salaf dan mengikuti madzhab mereka".<br /><br />Dan berkata As-Suyuthy dalam<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Lubbul Lubab jilid 2 hal.22</span> : "Salafy dengan difathah (huruf sin dan lam-nya) adalah penyandaran diri kepada madzhab As-Salaf".<br /><br />Dan saya akan menyebutkan beberapa contoh para ‘ulama yang dinisbahkan kepada manhaj (jalan) para ‘ulama salaf untuk menunjukkan bahwa mereka berada diatas jalan yang lurus yang bersih dari noda penyimpangan :<br /><br />1. Berkata Imam Adz-Dzahaby dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Siyar A’lam An-Nubala` jilid 13 hal.183</span> setelah menyebutkan hikayat bahwa Ya'qub bin Sufyan Al-Fasawy rahimahullah menghina ‘Utsman bin 'Affan radhiyallahu ‘anhu : “Kisah ini terputus, Wallahu A’lam. Dan saya tidak mengetahui Ya'qub Al-Fasawy kecuali beliau itu adalah seorang Salafy, dan beliau telah mengarang sebuah kitab kecil tentang As-Sunnah”.<br /><br />2. Dan dalam biografi ‘Utsman bin Jarzad beliau berkata : “Untuk menjadi seorang Muhaddits (ahli hadits) diperlukan lima perkara, kalau satu perkara tidak terpenuhi maka itu adalah suatu kekurangan. Dia memerlukan : Aqal yang baik, agama yang baik, dhobth (hafalan yang kuat), kecerdikan dalam bidang hadits serta dikenal darinya sifat amanah".<br /><br /> Kemudian Adz-Dzahaby mengomentari perkataan tersebut, beliau berkata : "Amanah merupakan bagian dari agama dan hafalan bisa masuk kepada kecerdikan. Adapun yang dibutuhkan oleh seorang hafizh (penghafal hadits) adalah : Dia harus seorang yang bertaqwa, pintar, ahli nahwu dan bahasa, bersih hatinya, senantiasa bersemangat, seorang salafy, cukup bagi dia menulis dengan tangannya sendiri 200 jilid buku hadits dan memiliki 500 jilid buku yang dijadikan pegangan dan tidak putus semangat dalam menuntut ilmu sampai dia meninggal dengan niat yang ikhlas dan dengan sikap rendah diri. Kalau tidak memenuhi syarat-syarat ini maka janganlah kamu berharap”. Lihat dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Siyar A’lam An-Nubala` jilid 13 hal.280.</span><br /><br />3. Dan Adz-Dzahaby berkata tentang Imam Ad-Daraquthny : “Beliau adalah orang yang tidak akan pernah ikut serta mempelajari ilmu kalam (ilmu mantik) dan tidak pula ilmu jidal (ilmu debat) dan beliau tidak pernah mendalami ilmu tersebut, bahkan beliau adalah seorang salafy". Baca <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Siyar A’lam An-Nubala`jilid 16 hal.457.</span><br /><br />4. Dan dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Tadzkirah Al-Huffazh jilid 4 hal.1431 </span>dalam biografi Ibnu Ash-Sholah, berkata Imam Adz-Dzahaby : “Dan beliau adalah seorang Salafy yang baik aqidahnya". Dan lihat : <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Thobaqot Al-Huffazh jilid 2 hal.503 dan Siyar A’lam An-Nubala` jilid 23 hal.142.</span><br /><br />5. Dalam biografi Imam Abul ‘Abbas Ahmad bin ‘Isa bin ‘Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah Al-Maqdasy, Imam Adz-Dzahaby berkata : “Beliau adalah seorang yang terpercaya, tsabt (kuat hafalannya), pandai, seorang Salafy…". Baca <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Siyar A’lam An-Nubala` jilid 23 hal.18.</span><br /><br />6. Dan dalam Biografi Abul Muzhoffar Ibnu Hubairah, Imam Adz-Dzahaby berkata : “Dia adalah seorang yang mengetahui madzhab dan bahasa arab dan ilmu 'arudh, seorang salafy, atsary". Baca <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Siyar A’lam An-Nubala` jilid 20 hal.426.</span><br /><br />7. Berkata Imam Adz-Dzahaby dalam biografi Imam Az-Zabidy : “Dia adalah seorang Hanafy, Salafy". Baca <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Siyar A’lam An-Nubala`jilid 20 hal.316.</span><br /><br />8. Dan dalam Biografi Musa bin Ibrahim Al-Ba'labakky, Imam Adz-Dzahaby berkata : “Dan demikian pula beliau seorang perendah hati, seorang Salafy”. Lihat : <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Mu'jamul Muhadditsin hal.283.</span><br /><br />9. Dan dalam biografi Muhammad bin Muhammad Al-Bahrony, Imam Adz-Dzahaby Berkata : "Dia seorang yang beragama, orang yang sangat baik, seorang Salafy”. Lihat : <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Mu'jam Asy-Syuyukh jilid 2 hal.280 (dinukil dari Al-Ajwibah Al-Mufidah hal.18).</span><br /><br />10. Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Lisanul Mizan Jilid 5 hal.348 </span>dalam biografi Muhammad bin Qasim bin Sufyan Abu Ishaq : "Dan Ia adalah Seorang yang bermadzhab Salafy”.<br /><br />Penamaan-Penamaan Lain Ahlus Sunnah Wal Jama’ah<br /><br />Sebelum terjadi fitnah bid'ah perpecahan dan perselisihan dalam ummat ini, ummat Islam tidak dikenal kecuali dengan nama Islam dan kaum muslimin, kemudian setelah terjadinya perpecahan dan munculnya golongan-golongan sesat yang mana setiap golongan menyerukan dan mempropagandakan bid'ah dan kesesatannya dengan menampilkan bid'ah dan kesesatan mereka di atas nama Islam, maka tentunya hal tersebut akan melahirkan kebingungan ditengah-tengah ummat. Akan tetapi Allah Maha Bijaksana dan Maha Menjaga agama-Nya. Dialah Allah yang berfirman :<br /><br />إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ<br /><br />"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dikr, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya”. <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Q.S. Al Hijr ayat 9).</span><br /><br />Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam bersabda :<br /><br />لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ<br /><br />“Terus menerus ada sekelompok dari ummatku yang mereka tetap nampak di atas kebenaran, tidak membahayakan mereka orang mencerca mereka sampai datang ketentuan Allah (hari kiamat) dan mereka dalam keadaan seperti itu”.<br /><br />Maka para ‘ulama salaf waktu itu yang merupakan orang-orang yang berada di atas kebenaran dan yang paling memahami aqidah yang benar dan tuntunan syari'at Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang murni yang belum ternodai oleh kotoran bid'ah dan kesesatan, mulailah mereka menampakkan penamaan-penamaan syari’at diambil dari Islam guna membedakan pengikut kebenaran dari golongan-golongan sesat tersebut.<br /><br />Berkata Imam Muhammad bin Sirin rahimahullah :<br /><br />لَمْ يَكُوْنُوْا يَسْأَلُوْنَ عَنِ الْإِسْنَادِ فَلَمَّا وَقَعَتِ الْفِتْنَةُ قَالُوْا سَمّوْا لَنَا رِجَالَكُمْ فَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ فَيُؤْخَذُ حَدِيْثُهُمْ وَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ الْبِدَعِ فَلاَ يُؤْخَذُ حَدِيْثُهُمْ<br /><br />“Tidaklah mereka (para ‘ulama) bertanya tentang isnad (silsilah rawi). Tatkala terjadi fitnah mereka pun berkata : “Sebutkanlah kepada kami rawi-rawi kalian maka dilihatlah kepada Ahlus Sunnah lalu diambil hadits mereka dan dilihat kepada Ahlil bid’ah dan tidak diambil hadits mereka””.<br /><br />Maka Ahlus Sunnah Wal Jama’ah selain dikenal sebagai Salafiyah, mereka juga mempunyai penamaan lain yang menunjukkan ciri dan kriteria mereka. <br /><br /><span style="color: rgb(51, 51, 255);">Berikut ini kami akan mencoba menguraikan penamaan-penamaan tersebut dengan ringkas.</span><br /><br /><span style="color: rgb(255, 0, 0);">1. AL-FIRQOH AN-NAJIYAH</span><br /><br />Al-Firqoh An-Najiyah artinya golongan yang selamat. Penamaan ini diambil dari apa yang dipahami dari hadits perpecahan ummat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan :<br /><br />افْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ وَ فِيْ رِوَايَةٍ : مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيِوْمَ وَأَصْحَابِيْ.<br /><br />“Telah terpecah orang–orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan telah terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jama’ah dalam satu riwayat : “Apa yang aku dan para shahabatku berada di atasnya sekarang ini”. Hadits shohih, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalil Jannah dan Syaikh Muqbil dalam<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain rahimahumullah</span>.<br /><br />Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Minhaj As-sunnah jilid 3 hal.345</span> : “Maka apabila sifat Al-Firqoh An-Najiyah mengikuti para shahabat di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan itu adalah syi'ar (ciri, simbol) Ahlus Sunnah maka Al-Firqoh An-Najiyah mereka adalah Ahlus Sunnah”.<br /><br />Dan beliau juga menyatakan dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Majmu' Al Fatawa jilid 3 hal.345 </span>: “Karena itu beliau (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) menyifati Al-Firqoh An-Najiyah bahwa ia adalah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah dan mereka adalah jumhur yang paling banyak dan As-Sawad Al-A’zhom (kelompok yang paling besar)”.<br /><br />Berkata Syaikh Hafizh Al-Hakamy : “Telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam -yang selalu benar dan dibenarkan- bahwa Al-Firqoh An-Najiyah mereka adalah siapa yang di atas seperti apa yang beliau dan para shahabatnya berada di atasnya, dan sifat ini hanyalah cocok bagi orang-orang yang membawa dan menjaga sifat itu, tunduk kepadanya lagi berpegang teguh dengannya. mereka yang saya maksud ini adalah para imam hadits dan para tokoh (pengikut) Sunnah”. Lihat <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Ma'arijul Qobul jilid 1 hal.19.</span><br /><br />Maka nampaklah dari keterangan di atas asal penamaan Al-Firqoh An-Najiyah dari hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam.<br /><br />Diringkas dari : <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Mauqif Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Min Ahli Ahwa`i Wal Bid’ah jillid 1 hal.54-59. </span><br /><br />Dan Berkata Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wad'iy rahimahullah setelah meyebutkan dua hadits tentang perpecahan ummat : “Dua hadits ini dan hadits-hadits yang semakna dengannya menunjukkan bahwa tidak ada yang selamat kecuali satu golongan dari tujuh puluh tiga golongan, dan adapun golongan-golongan yang lain di Neraka, (sehingga) mengharuskan setiap muslim mencari Al-Firqoh An-Najiyah sehingga teratur menjalaninya dan mengambil agamanya darinya”. Lihat <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Riyadhul Jannah Fir Roddi 'Ala A’da`is Sunnah hal.22.</span><br /><br /><span style="color: rgb(255, 0, 0);">2. ATH-THOIFAH AL MANSHUROH</span><br /><br />Ath-Thoifah Al-Manshuroh artinya kelompok yang mendapatkan pertolongan. Penamaan ini berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :<br /><br />لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ<br /><br />“Terus menerus ada sekelompok dari ummatku yang mereka tetap nampak di atas kebenaran, tidak membahayakan mereka orang mencerca mereka sampai datang ketentuan Allah (hari kiamat) dan mereka dalam keadaan seperti itu”. Dikeluarkan oleh Muslim dari hadits Tsauban dan semakna dengannya diriwayatkan oleh Bukhary dan Muslim dari hadits Mughiroh bin Syu’bah dan Mu’awiyah dan diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir bin ‘Abdillah. Dan hadits ini merupakan hadits mutawatir sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Iqtidho` Ash-Shirath Al-Mustaqim 1/69</span>, Imam As-Suyuthy dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Al-Azhar Al-Mutanatsirah hal.216 </span>dan dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Tadrib Ar-Rawi</span>, Al Kattany dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Nazhom Al-Mutanatsirah hal.93 </span>dan Az-Zabidy dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Laqthul `Ala`i hal.68-71</span>. Lihat : <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Bashoir Dzawisy Syaraf Bimarwiyati Manhaj As-Salaf. </span><br /><br />Berkata Imam Bukhary tentang Ath-Thoifah Al-Manshuroh : “Mereka adalah para 'ulama”.<br /><br />Berkata Imam Ahmad : “Kalau mereka bukan Ahli Hadits saya tidak tahu siapa mereka”.<br /><br />Al-Qodhi Iyadh mengomentari perkataan Imam Ahmad dengan berkata : “Yang diinginkan oleh (Imam Ahmad) adalah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah dan siapa yang meyakini madzhab Ahlul Hadits”. Lihat : Mauqif Ahlus Sunnah Wal Jama'ah 1/59-62.<br /><br />Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Muqoddimah Al ‘Aqidah Al Washitiyah : “Amma ba’du ; Ini adalah i’tiqod (keyakinan) Al Firqoh An-Najiyah, (Ath-Thoifah) Al-Manshuroh sampai bangkitnya hari kiamat, (mereka) Ahlus Sunnah”.<br /><br />Dan di akhir Al ‘Aqidah Al Washitiyah ketika memberikan definisi tentang Ahlus Sunnah, beliau berkata : “Dan mereka adalah Ath-Thoifah Al-Manshuroh yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang mereka : “Terus menerus sekelompok dari ummatku diatas kebenaran manshuroh (tertolong) tidak membahayakan mereka orang yang menyelisihi dan mencerca mereka sampai hari kiamat” mudah-mudahan Allah menjadikan kita bagian dari mereka dan tidak memalingkan hati-hati kita setelah mendapatkan petunjuk”.<br /><br />Lihat : <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Bashoir Dzawisy Syaraf Bimarwiyati Manhaj As-Salaf hal. 97-110.</span><br /><br /><span style="color: rgb(255, 0, 0);">3. AHLUL HADITS</span><br /><br />Ahlul Hadits dikenal juga dengan Ashhabul hadits atau Ashhabul Atsar. Ahlul hadits artinya orang yang mengikuti hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan istilah Ahlul hadits ini juga merupakan salah satu nama dan kriteria Salafiyah atau Ahlus Sunnah Wal Jama'ah atau Ath-Thoifah Al-Manshurah.<br /><br />Berkata Ibnul Jauzi : “Tidak ada keraguan bahwa Ahlun Naql Wal Atsar (Ahlul Hadits) yang mengikuti jejak-jejak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam mereka di atas jalan yang belum terjadi bid'ah". <br /><br />Berkata Al-Khathib Al-Baghdady dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Ar-Rihlah Fii Tholabil Hadits hal.223</span> : “Dan sungguh (Allah) Rabbul ‘alamin telah menjadikan Ath-Thoifah Al-Manshurah sebagai penjaga agama dan telah dipalingkan dari mereka makar orang-orang yang keras kepala karena mereka berpegang teguh dengan syari’at (Islam) yang kokoh dan mereka mengikuti jejak para shahabat dan tabi’in”.<br /><br />Dan telah sepakat perkataan para ‘ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah bahwa yang dimaksud dengan Ath-Thoifah Al-Manshurah adalah para ‘ulama Salaf Ahlul Hadits. Hal ini ditafsirkan oleh banyak Imam seperti ‘Abdullah bin Mubarak, ‘Ali bin Madiny, Ahmad bin Hambal, Bukhary, Al-Hakim dan lain-lainnya,. Perkataan-perkataan para ‘ulama tersebut diuraikan dengan panjang lebar oleh Syaikh Robi’ bin Hady Al-Madkhaly dan juga Syaikh Al-Albany dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah hadits no.270. </span><br /><br />Lihat : <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Haqiqitul Bid'ah 1/269-272, Mauqif Ibnu Taymiyah 1/32-34, Ahlul Hadits Wa Ath- Thoifah Al-Manshurah An-Najiyah, Limadza Ikhtartu Al-Manhaj As-Salafy, Bashoir Dzawisy Syaraf Bimarwiyati Manhaj As-Salaf dan Al-Intishor Li Ashhabil Hadits karya Muhammad ‘Umar Ba Zamul.</span><br /><br /><span style="color: rgb(255, 0, 0);">4. Al-Ghuraba` </span><br /><br />Al-Ghuraba` artinya orang-orang yang asing. Asal penyifatan ini adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah riwayat<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Muslim No.145 :</span><br /><br />بَدَأَ الْإِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ<br /><br />“Islam mulai muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awal munculnya maka beruntunglah orang-orang asing itu”. Dan hadits ini adalah hadits yang mutawatir.<br /><br />Berkata Imam Al-Ajurry dalam <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Sifatil Ghuraba` Minal Mu’minin hal.25 </span>: “Dan perkataan (Nabi) shallallahu ‘alaihi wa sallam “Dan akan kembali asing” maknanya Wallahu A’lam sesungguhnya hawa nafsu yang menyesatkan akan menjadi banyak sehingga banyak dari manusia tersesat karenanya dan akan tetap ada Ahlul Haq yang berjalan diatas syari’at islam dalam keadaan asing di mata manusia, tidakkah kalian mendengar perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Akan terpecah ummatku menjadi 73 golongan semuanya masuk neraka kecuali satu, maka dikatakan siapa mereka yang tertolong itu? maka kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Apa-apa yang saya dan para shahabatku berada di atasnya pada hari ini””.<br /><br />Berkata Imam Ibnu Rajab dalam<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> Kasyful Kurbah fi washfi hali Ahlil Ghurbah hal 22-27</span> : “Adapun fitnah syubhat (kerancuan-kerancuan) dan pengikut hawa nafsu yang menyesatkan sehingga hal tersebut menyebabkan terpecahnya Ahlul Qiblah (kaum muslimin) dan menjadilah mereka berkelompok-kelompok, sebagian dari mereka mengkafirkan yang lainnya dan mereka menjadi saling bermusuhan, bergolong-golongan dan berpartai-partai setelah mereka dulunya sebagai saudara dan hati-hati mereka diatas hati satu orang (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) sehingga tidak akan selamat dari kelompok-kelompok tersebut kecuali satu golongan yang selamat. Mereka inilah yang disebut dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Terus menerus ada diantara ummatku satu kelompok yang menampakkan kebenaran, tidak mencelakakan mereka orang-orang yang menghinakan dan membenci mereka sampai datang ketetapan Allah subhanahu wa ta’ala (hari kiamat) dan mereka tetap dalam keadaan tersebut”. Mereka inilah al-Ghuraba` di akhir zaman yang tersebut dalam hadits-hadits ini…”.<br /><br /><br /><br />Demikianlah penamaan-penamaan syari’at bagi pengikut Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sesuai dengan pemahaman para 'ulama salaf, yang apabila dipahami dengan baik akan menambah keyakinan akan wajibnya mengikuti jalan para 'ulama salaf dan kebenaran jalan mereka serta keberuntungan orang-orang yang mengikuti jalan mereka.<br /><br />Cukuplah sebagai satu keistimewaan yang para salafiyun berbangga dengannya bahwa penamaan-penamaan ini semuanya dari Islam dan menggambarkan Islam hakiki yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tentunya hal ini sangat membedakan salafiyun dari ahlu bid'ah yang bernama atau dinamakan dengan penamaan-penamaan yang hanya sekedar menampakkan bid'ah, pimpinan atau kelompok mereka seperti Tablighy nisbah kepada Jama'ah Tabligh yang didirikan oleh Muhammad Ilyas, Ikhwany nisbah kepada gerakan Ikhwanul Muslimin yang dipelopori oleh Hasan Al-Banna, Surury nisbah kepada kelompok atau pemikiran Muhammad Surur Zainal ‘Abidin, Jahmy nisbah kepada Jahm bin Sofwan pembawa bendera bid'ah keyakinan bahwa Al-Qur`an adalah makhluk. Mu'tazily nisbah kepada kelompok pimpinan 'Atho` bin Washil yang menyendiri dari halaqah Hasan Al-Bashry. Asy'ary nisbah kepada pemikiran Abu Hasan Al-Asy'ary yang kemudian beliau bertobat dari pemikiran sesatnya. Syi'iy nisbah kepada kelompok Syi'ah yang mengaku mencintai keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan masih ada ratusan penamaan lain, sangat meletihkan untuk menyebutkan dan menguraikan seluruh penamaan tersebut, maka nampaklah dengan jelas bahwa penamaan Salafiyun-Ahlus Sunnah Wal Jama'ah-Ath-Thoifah Al-Manshurah-Al-Firqoh An-Najiyah-Ahlul Hadits adalah sangat berbeda dengan penamaan-penamaan yang dipakai oleh golongan-golongan yang menyimpang dari beberapa sisi :<br /><br />Satu : Penamaan-penamaan syari'at ini adalah nisbah kepada generasi awal ummat Islam yang berada di atas tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka penamaan ini akan mencakup seluruh ummat pada setiap zaman yang berjalan sesuai dengan jalan generasi awal tersebut baik dalam mengambil ilmu atau dalam pemahaman atau dalam berdakwah dan lain-lainnya.<br /><br />Dua : Kandungan dari penamaan-penamaan syari'at ini hanyalah menunjukkan tuntunan Islam yang murni yaitu Al-Qur`an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa ada penambahan atau pengurangan sedikit pun.<br /><br />Tiga : Penamaan-penamaan ini mempunyai asal dalil dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.<br /><br />Empat : Penamaan-penamaan ini hanyalah muncul untuk membedakan antara pengikut kebenaran dari jalan para pengekor hawa nafsu dan golongan-golongan sesat, dan sebagai bantahan terhadap bid'ah dan kesesatan mereka.<br /><br />Lima : Ikatan wala' (loyalitas) dan baro' (kebencian, permusuhan) bagi orang-orang yang bernama dengan penamaan ini, hanyalah ikatan wala' dan baro' di atas Islam (Al-Qur`an dan Sunnah) bukan ikatan wala' dan baro' karena seorang tokoh, pemimpin, kelompok, organisasi dan lain-lainnya.<br /><br />Enam : Tidak ada fanatisme bagi orang-orang yang memakai penamaan-penamaan ini kecuali kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena pemimpin dan panutan mereka hanyalah satu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, berbeda dengan orang-orang yang menisbahkan dirinya ke penamaan-penamaan bid'ah fanatismenya untuk golongan, kelompok / pemimpin.<br /><br />Tujuh : Penamaan-penamaan ini sama sekali tidak akan menjerumuskan ke dalam suatu bid'ah, maksiat maupun fanatisme kepada seseorang atau kelompok dan lain-lainnya.<br /><br />Lihat : <span style="color: rgb(0, 102, 0);">Hukmul Intima` hal 31-37 dan Mauqif Ahlus Sunnah wal Jama'ah 1/46-47.</span><br /><br />Wallahu Ta’ala A’lam.<br /><br />(Dikutip dari tulisan Al Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain, judul asli Hakikat Dakwah Salafiyah. URL Sumber http://www.an-nashihah.com/isi_berita.php?id=39) http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1112</div> </div><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-81060997895101709572010-06-15T22:42:00.000-07:002010-06-15T23:36:43.073-07:00Mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Menjauhi Bid’ah<div class="article-index-container"> <div class="article-index-title">Mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Menjauhi Bid’ah</div> <div class="article-index-meta"> Sabtu, 06 Oktober 2007 - 05:52:56 :: kategori <a href="http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=arsip&cat_id=2">Manhaj</a> </div> <div class="article-index-meta">Penulis: Al-Ustadz Saifuddin Zuhri, Lc.</div> <div class="article-index-content"> <div align="right"> .: <a href="http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=1210" target="_blank"><img alt="" title="Cetak artikel ini.." src="http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/images/print.png" /></a> :. </div> <br />إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ:<br /><br />Ma’asyiral muslimin rahimakumullah<br /><br />Marilah kita senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu dengan mempelajari dan mengamalkan serta berpegang teguh di atas syariat-Nya. Karena di dalamnya ada cahaya dan petunjuk yang demikian mencukupi untuk membimbing dan mengatur seluruh sisi kehidupan kita. Mulai dari urusan rumah tangga hingga ketatanegaraan. Sehingga selama seseorang itu mengikuti petunjuk dan aturan-Nya pasti dia akan selamat di dunia dan akhirat. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berjanji bagi orang yang mengikuti petunjuk-Nya di dalam firman-Nya:<br /><br />فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى<br /><br />“Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya ia tidak akan tersesat dan tidak akan celaka.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Thaha: 123)</span><br /><br />Maka barangsiapa yang tidak merasa cukup dengan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga menyelisihinya, pasti dia akan rugi dan celaka. Meskipun orang melihatnya hidup dengan penuh kemewahan dan serba ada. Namun sesungguhnya dia tidak merasakan kelapangan dan ketenangan di dalam jiwanya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengancam bagi orang-orang yang menyelisihi petunjuk-Nya di dalam firman-Nya:<br /><br />وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى<br /><br />“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Thaha: 124)</span><br /><br />Hadirin rahimakumullah<br /><br />Seorang muslim yang hakiki tidak akan ridha untuk meninggalkan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Meskipun ditawarkan kepadanya dunia seisinya. Dia akan tetap berpegang teguh di atas syariat-Nya meskipun cobaan dan ujian menimpa dirinya. Karena dia mengetahui bahwa kehidupan yang sesungguhnya bukanlah di dunia dan apa yang dimilikinya berupa kenikmatan dunia baik berupa harta, kedudukan, dan yang semisalnya, pasti akan sirna. Sehingga yang senantiasa diinginkan oleh dirinya adalah meraih kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diampuni seluruh dosanya serta mendapatkan hidayah dan curahan rahmat-Nya. Oleh karena itu, dia berusaha untuk mengikuti jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu dengan menaatinya dan tidak menyelisihinya. Karena itulah satu-satunya jalan yang harus ditempuh agar dirinya dicintai dan dirahmati serta diberi hidayah oleh Yang Maha Kuasa. Hal ini sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:<br /><br />قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ. قُلْ أَطِيْعُوا اللهَ وَالرَّسُوْلَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِيْنَ<br /><br />“Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang kafir’.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Ali ‘Imran: 31-32)</span><br /><br />Maka di dalam ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa menaati Rasul-Nya adalah konsekuensi dan bukti dari cintanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sementara menyelisihinya adalah tanda kekufuran dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.<br /><br />Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberitakan di dalam Al-Qur`an bahwa barangsiapa menaati Rasul-Nya akan memperoleh hidayah-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya:<br /><br />وَإِنْ تُطِيْعُوْهُ تَهْتَدُوا<br /><br />“Dan jika kalian menaatinya, niscaya kalian akan mendapat hidayah/petunjuk.”<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> (An-Nur: 54)</span><br /><br />Begitupula Allah Subhanahu wa Ta'ala beritakan bahwa taat kepada Rasul adalah sebab yang akan mengantarkan kita untuk mendapatkan rahmat-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya:<br /><br />وَأَطِيْعُوا اللهَ وَالرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ<br /><br />“Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kalian diberi rahmat.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Ali ‘Imran: 132)</span><br /><br />Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,<br /><br />Oleh karena itu, seorang muslim akan mengikuti jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akan meninggalkan seluruh ajaran yang menyimpang dari ajarannya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia tidak akan terburu-buru dalam meyakini dan mengamalkan suatu ajaran dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik yang berupa ucapan maupun amalan anggota badan. Akan tetapi dia akan menimbang terlebih dahulu seluruh ucapan dan amalan ibadahnya dengan amalan dan ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apabila sesuai maka diterima, namun apabila bertentangan maka dia akan menolak, dari manapun datangnya. Karena beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br /><br />مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ<br /><br />“Barangsiapa yang mengamalkan amalan yang tidak ada syariatnya dari kami maka amalan tersebut ditolak.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(HR. Al-Bukhari dan Muslim)</span><br /><br />Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu mengatakan:<br /><br />لَقَدْ أَجْمَعَ النَّاسُ عَلَى أَنَّ مَنْ تَبَيَّنَ لَهُ سُنَّةُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَجُوْزُ لَهُ أَنْ يَدَعَهَا لِقَوْلِ أَحَدٍ<br /><br />“Para ulama telah sepakat bahwasanya barangsiapa yang telah jelas baginya jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak boleh baginya untuk meninggalkannya karena ucapan siapapun.”<br /><br />Hadirin rahimakumullah,<br /><br />Ketahuilah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan umatnya agar jangan sampai terjatuh pada perbuatan bid’ah, yaitu mengada-adakan amalan ibadah baru yang tidak ada syariatnya. Hal ini sebagaimana tersebut di dalam sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:<br /><br />وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ<br /><br />“Hati-hatilah kalian dari terjatuh kepada amalan-amalan ibadah baru yang diada-adakan, karena setiap amalan tersebut adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(HR. Ahmad dan yang lainnya, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu)</span><br /><br />Bahkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa perbuatan mengada-adakan amalan ibadah baru yang tidak ada syariatnya adalah sejelek-jelek amalan. Sebagaimana tersebut dalam haditsnya:<br /><br />وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا<br /><br />“Dan sejelek-jelek amalan adalah amalan ibadah yang diada-adakan (yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al-Khulafa` Ar-Rasyidin).”<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> (HR. Muslim)</span><br /><br />Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,<br /><br />Para ulama telah menjelaskan di dalam kitab-kitab mereka tentang maksud dari amalan bid’ah. Di antaranya disebutkan bahwa bid’ah adalah aturan yang diada-adakan dalam beragama yang menandingi syariat dan dimaksudkan dengan mengikuti aturan tersebut untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan bid’ah itu bermacam-macam jenisnya. Ada yang berupa amalan ibadah baru yang sama sekali tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al-Khulafa` Ar-Rasyidin. Seperti mengadakan acara perayaaan dan peringatan hari kelahiran atau hari kematian seseorang. Ataupun dengan mengubah tata cara ibadah yang telah disyariatkan. Seperti berdzikir secara berjamaah dengan dipimpin oleh seorang imam setelah selesai dari shalat berjamaah.<br /><br />Hadirin rahimakumullah,<br /><br />Seluruh jenis bid’ah dengan berbagai macamnya adalah sesat, sebagaimana tersebut dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:<br /><br />وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ<br /><br />“Dan setiap bid’ah adalah sesat.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(HR. Ahmad dan yang lainnya, dishahihkan Al-Albani rahimahullahu)</span><br /><br />Begitu pula dikatakan oleh Abdullah ibnu ‘Umar radhiyallahu 'anhuma:<br /><br />كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً<br /><br />“Setiap bid’ah adalah sesat meskipun orang-orang menganggapnya baik.”<br /><br />Maka tidak benar kalau dikatakan ada bid’ah yang baik atau hasanah. Akan tetapi yang ada adalah sunnah yang hasanah, bukan bid’ah hasanah. Yaitu melakukan amal ibadah yang disyariatkan dan kemudian dicontoh serta diikuti oleh yang lainnya. Adapun mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan amal ibadah yang dibuat sendiri atau dibuat oleh gurunya, hal tersebut adalah amalan bid’ah dan tidak ada baiknya sama sekali. Karena seluruh amalan bid’ah adalah keluar dari petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Meskipun kadar kesesatannya dan kejelekannya berbeda-beda.<br /><br />Akhirnya, marilah kita senantiasa mengikuti wasiat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berpegang teguh di atas jalannya. Begitupula wasiat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berhati-hati terhadap kerusakan yang sangat berbahaya, yaitu bid’ah serta orang-orang yang mengajaknya. Karena hal itu akan menjauhkan kita dari agama yang mulia.<br /><br />بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.<br /><br /><br />Khutbah Kedua<br /><br />الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَمَرَنَا بِاتِّبَاعِ صِرَاطِهِ الْمُسْتَقِيْمِ وَنَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ سُبُلِ أَصْحَابِ الْجَحِيْمِ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، الْمَلِكُ الْبَرُّ الرَّحِيْمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ بَلَّغَ اْلبَلاَغَ الْمُبِيْنَ، وَقَالَ: عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ تَلَقَّوْا عَنْهُ الدِّيْنَ وَبَلَّغُوْهُ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:<br /><br />Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,<br /><br />Marilah kita berusaha untuk selalu menjaga diri-diri kita dari adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan bertakwa kepada-Nya. Yaitu dengan senantiasa mengikuti ajaran yang dibawa oleh Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak menyelisihinya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengancam orang-orang yang menyelisihi jalan rasul-Nya dengan ancaman yang keras. Sebagaimana hal ini tersebut di dalam firman-Nya:<br /><br />فَلْيَحْذَرِ الَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ<br /><br />“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa adzab yang pedih.”<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> (An-Nur: 50)</span><br /><br />Hadirin rahimakumullah,<br /><br />Ketahuilah bahwa bid’ah adalah bentuk penyelisihan paling besar dari jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah perbuatan syirik. Hal ini karena perbuatan bid’ah akan memecah-belah kaum muslimin serta menyeret pelakunya pada kerusakan agama dan hatinya. Perbuatan bid’ah akan menjadikan hati pelakunya menjadi benci kepada As-Sunnah. Karena, hati tidak akan menerima Sunnah Rasul jika sudah ditempati oleh bid’ah. Oleh karena itu, kita dapati orang yang melakukan atau bergelut dengan bid’ah serta menghidupkannya adalah orang yang jauh dari Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setan akan menghiasi amalan bid’ah sehingga akan menjadi sangat mudah bagi orang yang tertipu untuk mengamalkannya meskipun harus mengeluarkan banyak biaya dan menyita sebagian besar waktunya. Dan bid’ah akan menyeret pelakunya menjadi orang yang sombong untuk menerima kebenaran. Hal itu karena setiap pelaku bid’ah akan membanggakan dirinya dan menganggap cara serta amalannya adalah yang paling baik.<br /><br />Hadirin rahimakumullah,<br /><br />Ketahuilah, bahwa termasuk dari amalan bid’ah yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin adalah mengkhususkan pertengahan bulan Sya’ban atau yang dikenal dengan istilah Nishfu Sya’ban dengan shalat malam secara berjamaah.<br /><br />Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata dalam kitabnya Al-Majmu’: “Shalat yang dikenal dengan istilah shalat Ar-Ragha`ib yaitu shalat 12 rakaat yang dilakukan antara Maghrib dan ‘Isya pada malam Jum’at pertama di bulan Rajab dan shalat pada malam Nishfu Sya’ban sebanyak seratus rakaat, keduanya adalah amalan bid’ah dan mungkar. Janganlah tertipu karena disebutkannya dua jenis shalat ini dalam kitab Qutul Qulub dan Ihya` ‘Ulumuddin. Dan jangan pula tertipu dengan hadits-hadits yang tersebut di dalam dua kitab tadi. Karena sesungguhnya semua itu batil.”<br /><br />Berkata pula Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu: “Hadits-hadits yang menyebutkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban adalah hadits-hadits yang dha’if. Tidak boleh dijadikan sebagai pegangan. Sementara hadits-hadits yang menyebutkan tentang keutamaan shalat pada malam Nishfu Sya’ban semuanya adalah hadits palsu, sebagaimana telah diingatkan oleh banyak ulama.”<br /><br />Maka tidak boleh bagi kaum muslimin untuk mengkhususkan serta mengistimewakan pertengahan bulan ini daripada hari-hari lainnya di bulan tersebut. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al-Khulafa` Ar-Rasyidin tidak pernah melakukannya. Begitu pula tidak boleh bagi kaum muslimin untuk mendukung dan membantu pelaksanaannya. Karena hal itu sama saja dengan menghancurkan agama saudaranya. Bukan berarti tidak diperbolehkan bagi seseorang untuk shalat malam pada hari tersebut. Akan tetapi mengistimewakan hari dan malam tersebut dari hari-hari lainnya di bulan Sya’ban untuk shalat atau ibadah lainnya bukanlah ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.<br /><br />Akhirnya marilah kita senantiasa berhati-hati dari jalan-jalan yang menyimpang dari jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang terbaik di umat ini baik dari kalangan sahabat, tabi'in, dan yang mengikuti mereka adalah satu-satunya jalan yang benar.<br /><br />اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ في كُلِ مَكَانٍ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ والْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّهُ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلهِ ربِّ الْعَالَمِيْنَ.<br /><br />Sumber:<br />http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=543 http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1210</div> </div><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1375256097399266238.post-42668581819723619772010-06-15T22:31:00.000-07:002010-06-18T05:36:16.715-07:00Haruskah Bermanhaj Salaf ?<marquee direction="left" behavior="alternate" scrollamount="2" onmouseover="this.stop()" onmouseout="this.start()" width="95%"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">Mengapa Harus Bermanhaj Salaf ?</span></marquee><br />Orang-orang yang hidup pada zaman Nabi adalah generasi terbaik dari umat ini. Mereka telah mendapat pujian langsung dari Allah dan Rasul-Nya sebagai sebaik-baik manusia. Mereka adalah orang-orang yang paling paham agama dan paling baik amalannya sehingga kepada merekalah kita harus merujuk.<br /><br />Manhaj Salaf, bila ditinjau dari sisi kalimat merupakan gabungan dari dua kata; manhaj dan salaf. Manhaj dalam bahasa Arab sama dengan minhaj, yang bermakna: Sebuah jalan yang terang lagi mudah.<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> (Tafsir Ibnu Katsir 2/63, Al Mu’jamul Wasith 2/957). </span><br /><br />Sedangkan salaf, menurut etimologi bahasa Arab bermakna: Siapa saja yang telah mendahuluimu dari nenek moyang dan karib kerabat, yang mereka itu di atasmu dalam hal usia dan keutamaan. (Lisanul Arab, karya Ibnu Mandhur 7/234). Dan dalam terminologi syariat bermakna: Para imam terdahulu yang hidup pada tiga abad pertama Islam, dari para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tabi’in (murid-murid shahabat) dan tabi’ut tabi’in (murid-murid tabi’in). (Lihat Manhajul Imam As Syafi’i fii Itsbatil ‘Aqidah, karya Asy Syaikh Dr. Muhammad bin Abdul Wahhab Al ‘Aqil, 1/55).<br /><br />Berdasarkan definisi di atas, maka manhaj salaf adalah: Suatu istilah untuk sebuah jalan yang terang lagi mudah, yang telah ditempuh oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tabi’in dan tabi’ut tabi’in di dalam memahami dienul Islam yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Seorang yang mengikuti manhaj salaf ini disebut dengan Salafy atau As Salafy, jamaknya Salafiyyun atau As Salafiyyun. Al Imam Adz Dzahabi berkata: “As Salafi adalah sebutan bagi siapa saja yang berada di atas manhaj salaf.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Siyar A’lamin Nubala 6/21). </span><br /><br />Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf (Salafiyyun) biasa disebut dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah dikarenakan berpegang teguh dengan Al Quran dan As Sunnah dan bersatu di atasnya. Disebut pula dengan Ahlul Hadits wal Atsar dikarenakan berpegang teguh dengan hadits dan atsar di saat orang-orang banyak mengedepankan akal. Disebut juga Al Firqatun Najiyyah, yaitu golongan yang Allah selamatkan dari neraka (sebagaimana yang akan disebutkan dalam hadits Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash), disebut juga Ath Thaifah Al Manshurah, kelompok yang senantiasa ditolong dan dimenangkan oleh Allah (sebagaimana yang akan disebutkan dalam hadits Tsauban). <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Untuk lebih rincinya lihat kitab Ahlul Hadits Humuth Thaifatul Manshurah An Najiyyah, karya Asy Syaikh Dr. Rabi’ bin Hadi Al Madkhali). </span><br /><br />Manhaj salaf dan Salafiyyun tidaklah dibatasi (terkungkung) oleh organisasi tertentu, daerah tertentu, pemimpin tertentu, partai tertentu, dan sebagainya. Bahkan manhaj salaf mengajarkan kepada kita bahwa ikatan persaudaraan itu dibangun di atas Al Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan pemahaman Salafush Shalih. Siapa pun yang berpegang teguh dengannya maka ia saudara kita, walaupun berada di belahan bumi yang lain. Suatu ikatan suci yang dihubungkan oleh ikatan manhaj salaf, manhaj yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya.<br /><br />Manhaj salaf merupakan manhaj yang harus diikuti dan dipegang erat-erat oleh setiap muslim di dalam memahami agamanya. Mengapa? Karena demikianlah yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Quran dan demikian pula yang dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam Sunnahnya. Sedang kan Allah telah berwasiat kepada kita: “Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(An Nisa’: 59) </span><br /><br />Adapun ayat-ayat Al Quran yang menjelaskan agar kita benar-benar mengikuti manhaj salaf adalah sebagai berikut: 1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : “Tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat.”<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> (Al Fatihah: 6-7) </span><br /><br />Al Imam Ibnul Qayyim berkata: “Mereka adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran dan berusaha untuk mengikutinya…, maka setiap orang yang lebih mengetahui kebenaran serta lebih konsisten dalam mengikutinya, tentu ia lebih berhak untuk berada di atas jalan yang lurus. Dan tidak diragukan lagi bahwa para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mereka adalah orang-orang yang lebih berhak untuk menyandang sifat (gelar) ini daripada orang-orang Rafidhah.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Madaarijus Saalikin, 1/72). </span><br /><br />Penjelasan Al Imam Ibnul Qayyim tentang ayat di atas menunjukkan bahwa para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang mereka itu adalah Salafush Shalih, merupakan orang-orang yang lebih berhak menyandang gelar “orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah” dan “orang-orang yang berada di atas jalan yang lurus”, dikarenakan betapa dalamnya pengetahuan mereka tentang kebenaran dan betapa konsistennya mereka dalam mengikutinya. Gelar ini menunjukkan bahwa manhaj yang mereka tempuh dalam memahami dienul Islam ini adalah manhaj yang benar dan di atas jalan yang lurus, sehingga orang-orang yang berusaha mengikuti manhaj dan jejak mereka, berarti telah menempuh manhaj yang benar, dan berada di atas jalan yang lurus pula.<br /><br />2. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Dan barangsiapa menentang Rasul setelah jelas baginya kebenaran, dan mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa bergelimang dalam kesesatan dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam,, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(An Nisa’: 115) </span><br /><br />Al Imam Ibnu Abi Jamrah Al Andalusi berkata: “Para ulama telah menjelaskan tentang makna firman Allah (di atas): ‘Sesungguhnya yang dimaksud dengan orang-orang mukmin disini adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan generasi pertama dari umat ini, karena mereka merupakan orang-orang yang menyambut syariat ini dengan jiwa yang bersih. Mereka telah menanyakan segala apa yang tidak dipahami (darinya) dengan sebaik-baik pertanyaan, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun telah menjawabnya dengan jawaban terbaik. Beliau terangkan dengan keterangan yang sempurna. Dan mereka pun mendengarkan (jawaban dan keterangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut), memahaminya, mengamalkannya dengan sebaik-baiknya, menghafalkannya, dan menyampaikannya dengan penuh kejujuran. Mereka benar-benar mempunyai keutamaan yang agung atas kita. Yang mana melalui merekalah hubungan kita bisa tersambungkan dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, juga dengan Allah Ta'ala.’” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Al Marqat fii Nahjissalaf Sabilun Najah hal. 36-37) </span><br /><br />Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Dan sungguh keduanya (menentang Rasul dan mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin –red) adalah saling terkait, maka siapa saja yang menentang Rasul sesudah jelas baginya kebenaran, pasti ia telah mengikuti selain jalan orang-orang mukmin. Dan siapa saja yang mengikuti selain jalan orang-orang mukmin maka ia telah menentang Rasul sesudah jelas baginya kebenaran.”<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> (Majmu’ Fatawa, 7/38). </span><br /><br />Setelah kita mengetahui bahwa orang-orang mukmin dalam ayat ini adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (As Salaf), dan juga keterkaitan yang erat antara menentang Rasul dengan mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin, maka dapatlah disimpulkan bahwa mau tidak mau kita harus mengikuti “manhaj salaf”, jalannya para sahabat.<br /><br />Sebab bila kita menempuh selain jalan mereka di dalam memahami dienul Islam ini, berarti kita telah menentang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan akibatnya sungguh mengerikan… akan dibiarkan leluasa bergelimang dalam kesesatan… dan kesudahannya masuk ke dalam neraka Jahannam, seburuk-buruk tempat kembali… na’udzu billahi min dzaalik.<br /><br />3. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, mereka kekal abadi di dalamnya. Itulah kesuksesan yang agung.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(At-Taubah: 100). </span><br /><br />Dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak mengkhususkan ridha dan jaminan jannah (surga)-Nya untuk para sahabat Muhajirin dan Anshar (As Salaf) semata, akan tetapi orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik pun mendapatkan ridha Allah dan jaminan surga seperti mereka.<br /><br />Al Hafidh Ibnu Katsir berkata: “Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengkhabarkan tentang keridhaan-Nya kepada orang-orang yang terdahulu dari kalangan Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik, dan ia juga mengkhabarkan tentang ketulusan ridha mereka kepada Allah, serta apa yang telah Ia sediakan untuk mereka dari jannah-jannah (surga-surga) yang penuh dengan kenikmatan, dan kenikmatan yang abadi.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Tafsir Ibnu Katsir, 2/367).</span> Ini menunjukkan bahwa mengikuti manhaj salaf akan mengantarkan kepada ridha Allah dan jannah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.<br />فَإِنْ ءَامَنُوا بِمِثْلِ مَا ءَامَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ Artinya : "Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu)." [QS Al Baqoroh: 137]<br /><br />Adapun hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah sebagai berikut: 1. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku, dan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin yang terbimbing, berpeganglah erat-erat dengannya dan gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham…” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Shahih, HR Abu Dawud, At Tirmidzi, Ad Darimi, Ibnu Majah dan lainnya dari sahabat Al ‘Irbadh bin Sariyah. Lihat Irwa’ul Ghalil, hadits no. 2455). </span>Dalam hadits ini dengan tegas dinyatakan bahwa kita akan menyaksikan perselisihan yang begitu banyak di dalam memahami dienul Islam, dan jalan satu-satunya yang mengantarkan kepada keselamatan ialah dengan mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin (Salafush Shalih). Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan agar kita senantiasa berpegang teguh dengannya. Al Imam Asy Syathibi berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam -sebagaimana yang engkau saksikan- telah mengiringkan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin dengan sunnah beliau, dan bahwasanya di antara konsekuensi mengikuti sunnah beliau adalah mengikuti sunnah mereka…, yang demikian itu dikarenakan apa yang mereka sunnahkan benar-benar mengikuti sunnah nabi mereka atau mengikuti apa yang mereka pahami dari sunnah beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, baik secara global maupun secara rinci, yang tidak diketahui oleh selain mereka.”<span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Al I’tisham, 1/118). </span><br /><br />2. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Terus menerus ada sekelompok kecil dari umatku yang senantiasa tampil di atas kebenaran. Tidak akan memudharatkan mereka orang-orang yang menghinakan mereka, sampai datang keputusan Allah dan mereka dalam keadaan seperti itu.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Shahih, HR Al Bukhari dan Muslim, lafadz hadits ini adalah lafadz Muslim dari sahabat Tsauban, hadits no. 1920). </span><br /><br />Al Imam Ahmad bin Hanbal berkata (tentang tafsir hadits di atas): “Kalau bukan Ahlul Hadits, maka aku tidak tahu siapa mereka?!” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Syaraf Ashhabil Hadits, karya Al Khatib Al Baghdadi, hal. 36). </span><br /><br />Al Imam Ibnul Mubarak, Al Imam Al Bukhari, Al Imam Ahmad bin Sinan Al Muhaddits, semuanya berkata tentang tafsir hadits ini: “Mereka adalah Ahlul Hadits.”<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> (Syaraf Ashhabil Hadits, hal. 26, 37).</span> Asy Syaikh Ahmad bin Muhammad Ad Dahlawi Al Madani berkata: “Hadits ini merupakan tanda dari tanda-tanda kenabian (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam), di dalamnya beliau telah menyebutkan tentang keutamaan sekelompok kecil yang senantiasa tampil di atas kebenaran, dan setiap masa dari jaman ini tidak akan lengang dari mereka. Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendoakan mereka dan doa itupun terkabul. Maka Allah ‘Azza Wa Jalla menjadikan pada tiap masa dan jaman, sekelompok dari umat ini yang memperjuangkan kebenaran, tampil di atasnya dan menerangkannya kepada umat manusia dengan sebenar-benarnya keterangan. Sekelompok kecil ini secara yakin adalah Ahlul Hadits insya Allah, sebagaimana yang telah disaksikan oleh sejumlah ulama yang tangguh, baik terdahulu ataupun di masa kini.”<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> (Tarikh Ahlil Hadits, hal 131). </span><br /><br />Ahlul Hadits adalah nama lain dari orang-orang yang mengikuti manhaj salaf. Atas dasar itulah, siapa saja yang ingin menjadi bagian dari “sekelompok kecil” yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits di atas, maka ia harus mengikuti manhaj salaf.<br /><br />3. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “…. Umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk ke dalam neraka, kecuali satu golongan. Beliau ditanya: ‘Siapa dia wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab: golongan yang aku dan para sahabatku mengikuti.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Hasan, riwayat At Tirmidzi dalam Sunannya, Kitabul Iman, Bab Iftiraqu Hadzihil Ummah, dari sahabat Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash). </span><br /><br />Asy Syaikh Ahmad bin Muhammad Ad Dahlawi Al Madani berkata: “Hadits ini sebagai nash (dalil–red) dalam perselisihan, karena ia dengan tegas menjelaskan tentang tiga perkara: - Pertama, bahwa umat Islam sepeninggal beliau akan berselisih dan menjadi golongan-golongan yang berbeda pemahaman dan pendapat di dalam memahami agama. Semuanya masuk ke dalam neraka, dikarenakan mereka masih terus berselisih dalam masalah-masalah agama setelah datangnya penjelasan dari Rabb Semesta Alam. - Kedua, kecuali satu golongan yang Allah selamatkan, dikarenakan mereka berpegang teguh dengan Al Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mengamalkan keduanya tanpa adanya takwil dan penyimpangan. - Ketiga, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menentukan golongan yang selamat dari sekian banyak golongan itu. Ia hanya satu dan mempunyai sifat yang khusus, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri (dalam hadits tersebut) yang tidak lagi membutuhkan takwil dan tafsir. <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Tarikh Ahlil Hadits hal 78-79). </span>Tentunya, golongan yang ditentukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu adalah yang mengikuti manhaj salaf, karena mereka di dalam memahami dienul Islam ini menempuh suatu jalan yang Rasulullah dan para sahabatnya berada di atasnya.<br /><br />Berdasarkan beberapa ayat dan hadits di atas, dapatlah diambil suatu kesimpulan, bahwa manhaj salaf merupakan satu-satunya manhaj yang harus diikuti di dalam memahami dienul Islam ini, karena: 1. Manhaj salaf adalah manhaj yang benar dan berada di atas jalan yang lurus. 2. Mengikuti selain manhaj salaf berarti menentang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang berakibat akan diberi keleluasaan untuk bergelimang di dalam kesesatan dan tempat kembalinya adalah Jahannam. 3. Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf dengan sebaik-baiknya, pasti mendapat ridha dari Allah dan tempat kembalinya adalah surga yang penuh dengan kenikmatan, kekal abadi di dalamnya. 4. Manhaj salaf adalah manhaj yang harus dipegang erat-erat, tatkala bermunculan pemahaman-pemahaman dan pendapat-pendapat di dalam memahami dienul Islam, sebagaimana yang diwasiatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. 5. Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf, mereka adalah sekelompok dari umat ini yang senantiasa tampil di atas kebenaran, dan senantiasa mendapatkan pertolongan dan kemenangan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. 6. Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf, mereka adalah golongan yang selamat dikarenakan mereka berada di atas jalan yang ditempuh oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika: 1. Al Imam Abdurrahman bin ‘Amr Al Auza’i berkata: “Wajib bagimu untuk mengikuti jejak salaf walaupun banyak orang menolakmu, dan hati-hatilah dari pemahaman/pendapat tokoh-tokoh itu walaupun mereka mengemasnya untukmu dengan kata-kata (yang indah).” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Asy Syari’ah, karya Al Imam Al Ajurri, hal. 63). </span>2. Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit berkata: “Wajib bagimu untuk mengikuti atsar dan jalan yang ditempuh oleh salaf, dan hati-hatilah dari segala yang diada-adakan dalam agama, karena ia adalah bid’ah.”<span style="color: rgb(0, 102, 0);"> (Shaunul Manthiq, karya As Suyuthi, hal. 322, saya nukil dari kitab Al Marqat fii Nahjis Salaf Sabilun Najah, hal. 54).</span> 3. Al Imam Abul Mudhaffar As Sam’ani berkata: “Syi’ar Ahlus Sunnah adalah mengikuti manhaj salafush shalih dan meninggalkan segala yang diada-adakan (dalam agama).” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Al Intishaar li Ahlil Hadits, karya Muhammad bin Umar Bazmul hal. 88).</span> 4. Al Imam Qawaamus Sunnah Al Ashbahani berkata: “Barangsiapa menyelisihi sahabat dan tabi’in (salaf) maka ia sesat, walaupun banyak ilmunya.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Al Hujjah fii Bayaanil Mahajjah, 2/437-438, saya nukil dari kitab Al Intishaar li Ahlil Hadits, hal. 88)</span> 5. Al-Imam As Syathibi berkata: “Segala apa yang menyelisihi manhaj salaf, maka ia adalah kesesatan.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Al Muwafaqaat, 3/284)</span>, <span style="color: rgb(0, 102, 0);">saya nukil melalui Al Marqat fii Nahjis Salaf Sabilun Najah, hal. 57).</span> 6. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Tidak tercela bagi siapa saja yang menampakkan manhaj salaf, berintisab dan bersandar kepadanya, bahkan yang demikian itu disepakati wajib diterima, karena manhaj salaf pasti benar.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Majmu’ Fatawa, 4/149).</span> Beliau juga berkata: “Bahkan syi’ar Ahlul Bid’ah adalah meninggalkan manhaj salaf.” <span style="color: rgb(0, 102, 0);">(Majmu’ Fatawa, 4/155). </span><br /><br />Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa membimbing kita untuk mengikuti manhaj salaf di dalam memahami dienul Islam ini, mengamalkannya dan berteguh diri di atasnya, sehingga bertemu dengan-Nya dalam keadaan husnul khatimah. Amin yaa Rabbal ‘Alamin. Wallahu a’lamu bish shawaab.<br /><br />(Dikutip dari tulisan Al Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Al Atsari, Lc, judul asli Mengapa Harus Bermanhaj Salaf, rubrik Manhaji, Majalah Asy Syariah. Url sumber <a href="http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=82" target="_blank">http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=82</a>) (http://www.salafy.or.id/modules/konten/?id=2)<br /><a href="http://www.mylivesignature.com/" target="_blank"><img src="http://signatures.mylivesignature.com/54488/202/76CA1EADB7FC88B1F3C243F84C7A1C23.png" style="border: 0pt none ! important; background: none repeat scroll 0% 0% transparent;" /></a><div class="blogger-post-footer">muslim, ahlus sunnah, islam, indonesia</div>agunghttp://www.blogger.com/profile/12901787470844657312noreply@blogger.com0