assalamualaikum....
selamat datang di agungmuslim.blogspot.com


Semoga BLOG ini bermanfaat, Amin...

Rabu, 16 Juni 2010

MENGINGKARI QODAR

MENGINGKARI QODAR ( KETENTUAN ALLAH TA’ALA )

Ibnu Umar berkata : “Demi Allah yang jiwa Ibnu Umar berada di tanganNya, seandainya salah seorang memiliki emas sebesar gunung Uhud, lalu dia infakkan di jalan Allah, niscaya Allah tidak akan menerimanya, sebelum ia beriman kepada qadar (ketentuan Allah)”, dan Ibnu Umar menyitir sabda Rasulullah :
" الإيمان أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم
الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره " رواه مسلم.
“Iman yaitu hendaklah engkau beriman kepada Allah, Malaikat MalaikatNya, kitab-kitabNya,
Rasul-rasulNya, hari akhir, dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya ” ( HR. Muslim ) .

Diriwayatkan bahwa Ubadah Ibnu Shomit berkata kepada anaknya : “Hai anakku, sungguh
kamu tidak akan bisa merasakan lezatnya iman sebelum kamu meyakini bahwa apa yang telah
ditakdirkan menimpa dirimu pasti tidak akan meleset, dan apa yang telah ditakdirkan tidak
menimpa dirimu pasti tidak akan menimpamu, aku telah mendengar Rasulullah bersabda :
" إن أول ما خلق الله القلم, فقال له : اكتب، فقال : رب
وماذا أكتب ؟ قال : اكتب مقادير كل شيء حتى تقوم الساعة
."“Sesungguhnya pertama kali yang diciptakan Allah adalah pena, kemudian Allah berfirman
kepadanya : “ tulislah”, maka pena itu menjawab : Ya Tuhanku, apa yang mesti aku tulis ?, Allah
berfirman : “ Tulislah ketentuan segala sesuatu sampai datang hari kiamat ”. hai anakku, aku juga telah mendengar Rasulullah bersabda :
" من مات على غير هذا فليس مني "
“Barang siapa yang meninggal dunia tidak dalam keyakinan seperti ini, maka ia tidak tergolong
ummatku ”.
Dan dalam riwayat Imam Ahmad disebutkan :
" إن أول ما خلق الله تعالى القلم، فقال له : اكتب،
فجرى في تلك الساعة بما هو كائن إلى يوم القيامة ".
“Sesungguhnya pertama kali yang diciptakan Allah adalah pena, kemudian Allah berfirman
kepadanya : “tulislah !”, maka ditulislah apa yang terjadi sampai hari kiamat”.

Diriwayatkan oleh Ibnu Wahb bahwa
Rasulullah bersabda :
" فمن لم يؤمن بالقدر خيره وشره أحرقه الله بالنار ".
“Maka barangsiapa yang tidak beriman kepada qadar ( ketentuan Allah ) baik dan buruknya,
maka Allah pasti akan membakarnya dengan api neraka”.

Diriwayatkan dalam Musnad dan Sunan (1),
dari Ibnu Dailami ia berkata : “Aku datang kepada Ubay bin Kaab, kemudian aku katakan kepadanya : ‘Ada sesuatu keraguan dalam hatiku tentang masalah qadar, maka ceritakanlah kepadaku tentang suatu hadits, dengan harapan semoga Allah
menghilangkan keraguan itu dari hatiku”, maka ia berkata :
" لو أنفقت مثل جبل أحد ذهبا ما قبله الله منك حتى
تؤمن بالقدر وتعلم أن ما أصابك لم يكن ليخطئك، وما
أخطأك لم يكن ليصيبك، ولو مت على غير هذا لكنت من أهل
النار ".
“Seandainya kamu menginfakkan emas sebesar gunung uhud, Allah tidak akan
menerimanya darimu, sebelum kamu beriman kepada qadar, dan kamu meyakini bahwa apa yang telah ditakdirkan mengenai dirimu pasti tidak akan meleset, dan apa yang telah ditakdirkan tidak mengenai dirimu pasti tidak akan menimpamu, dan jika kamu mati tidak dalam keyakinan seperti ini, pasti kamu menjadi penghuni neraka.
Kata Ibnu Dailami selanjutnya : “Lalu aku mendatangi Abdullah bin Mas’ud, Hudzaifah bin
Yaman dan Zaid bin Tsabit, semuanya mengucapkan kepadaku hadits yang sama dengan
sabda Nabi Muhammad di atas.” ( HR. Al Hakim dan dinyatakan shoheh ).
(1 ) Musnad di sini maksudnya adalah kitab dikoleksi hadits yang
disusun oleh Imam Ahmad. Dan sunan maksudnya ialah kitab
koleksi hadits yang disusun oleh Abu dawud dan Ibnu majah.

Kandungan bab ini :
1-Keterangan tentang kewajiban beriman kepada qadar.
2-Keterangan tentang cara beriman kepada qadar.
3-Amal Ibadah seseorang sia-sia, jika tidak beriman kepada qadar.
4-Disebutkan bahwa seseorang tidak akan merasakan iman sebelum ia beriman kepada qadar.
5-Penjelasan bahwa makhluk pertama yang diciptakan Allah yaitu pena.
6-Diberitahukan dalam hadits bahwa – dengan perintah dari Allah - menulis ketentuan
ketentuan sampai hari kiamat.
7-Rasulullah menyatakan bahwa dirinya lepas dari orang yang tidak beriman kepada qadar.
8-Tradisi para ulama salaf dalam menghilangkan keraguan, yaitu dengan bertanya kepada ulama.
9-Dan para ulama salaf memberikan jawaban yang dapat menghilangkan keraguannya tersebut,
dengan hanya menuturkan hadits dari Rasulullah .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar